Damai Ahok

Senin 26 Aug 2024 - 20:18 WIB
Reporter : Gus Munir
Editor : Gus Munir

Oleh: Dahlan Iskan

KALAU saja Anies jadi dicalonkan oleh PDI-Perjuangan untuk jabatan gubernur Jakarta, saya melihatnya dari dua sisi. Baik dan buruk.

Sisi baiknya: PDI-Perjuangan menunjukkan sikap kebangsaan yang luar biasa. Anies yang di masa lalu dicitrakan sebagai lambang ''kanan'' dirangkul oleh partai yang dicitrakan sebagai ''kiri''.

Itu tidak hanya baik. Itu luar biasa baik. Bagi bangsa. Bagi pendidikan kebangsaan. Yang kanan bisa bergeser ke kiri. Yang kiri mau bergeser ke kanan.

Terbentuklah kekuatan kanan dalam dan kiri dalam.

BACA JUGA:Rahasia Kulit Awet Muda: Mengencangkan Kulit Wajah dengan Masker Tomat Buatan Rumahan

BACA JUGA:Resep Croissant Cookie

Bahkan, kalau bisa, mereka bergeser ke tengah. Alangkah hebatnya bangsa ini.

Terlalu hebat. Tidak baik. Jangan juga berharap terlalu hebat seperti itu. Tidak harus semua pihak di tengah persis. Bisa di kiri dalam dan di kanan dalam pun sudah sangat bagus.

Dan itu bagi PDI-Perjuangan bukan hal baru. Abdullah Azwar Anas adalah kader NU murni. Sebelum lahir pun ia sudah NU. Ketika bayi ia jadi bayi NU. Anak NU. Pelajar NU. Pemuda Ansor NU. Politikus NU.

Berkat prestasinya Azwar Anas direkrut oleh PDI-Perjuangan. Ia dicalonkan jadi bupati Banyuwangi. Berhasil. Terpilih. Berhasil.

BACA JUGA:Minuman Terbaik untuk Menyambut Pagi Hari yang Segar dan Produktif

BACA JUGA:Roti Canai Kuah Kari: Perpaduan Lezat Khas India yang Menggugah Selera

Mampu membangun Banyuwangi –bahkan setengah menyulapnya– dengan istimewa. Jadilah Banyuwangi model pembangunan kabupaten ideal di Indonesia.

Anas terus setia pada partai Banteng. Ia dicalonkan kembali untuk periode kedua. Terpilih lagi.

Kategori :