Vihara Sanggar Agung dibangun di pinggir pantai Kenjeran. Yang membangunnya adalah sahabat baik saya: Soetijadi Yudo.
Ia pengusaha besar. Awalnya hanya jualan permen. Keliling kampung-kampung. Lalu punya pabrik permen. Berkembang terus ke usaha-usaha lainnya.
Malam itu bulan hampir purnama. Saat sembahyang akan dimulai bulan bulat muncul dari permukaan laut dengan menornya.
BACA JUGA:Jual Sabu Senilai Rp100 Juta ke Polisi, Bandar Narkoba Sungai Menang OKI Diciduk
BACA JUGA:Pemkab Muara Enim Terima DAK Rp9,04 Miliar untuk Dukungan Pangan
Di atas altar tiga banthe (ulama Buddha) memimpin sembahyang. Mereka membaca kitab suci.
Nama-nama arwah yang didoakan ditulis dan dipajang di empat meja. Dua meja di kanan. Dua di kiri. Salah satu tulisan itu berbunyi: arwah donor hati Dahlan Iskan.
Sebelum sembahyang dimulai saya mendekat ke meja itu. Saya angkat kertas itu. Saya doakan dengan cara saya. Lalu saya letakkan kembali.
Di halaman depan vihara sudah dipajang kapal kertas. Layarnya juga terbuat dari kertas. Kapal itu dibuat sejak 10 hari sebelumnya. Perlu waktu 10 hari karena kapalnya memang besar.
BACA JUGA:Pemkab Ogan Ilir Ambil Langkah Penanggulangan Judi Online
BACA JUGA:Ibu Balita Korban Penganiayaan Babysitter di Palembang Tempuh Jalur Hukum
Sembahyang selesai. Semua nama yang dipajang di atas meja diangkut ke kapal. Dimasukkan ke geladak kapal.
Saya diminta memulai prosesi ini.
Saya ambil kertas arwah donor hati saya dari meja sembahyangan.
Saya bawa ke kapal.
Saya masukkan ke kapal.