Yang datang untuk antre terus bertambah. Sebelum jam lima pagi sudah 40 orang lagi di belakang saya. Udara dingin. Ini sudah menjelang musim panas. Kok masih dingin. Padahal kemarinnya agak hangat.
Saya kedinginan di antrean. Apalagi selalu ada angin yang bertiup. Dingin. Dingin. Dingin. Dingin sampai hati.
Saya bukan orang Amerika. Belum terbiasa membaca ramalan cuaca sebelum meninggalkan rumah.
Erick tiba tepat jam 05.00. Langsung gabung ke saya. Yang antre di belakang saya seperti kurang rela. Tapi sangat sopan. Orang Amerika umumnya sangat sopan. Melebihi orang Jawa zaman ini.
BACA JUGA:3 Santriwati Dicabuli Pengasuh Ponpes di Pandeglang
BACA JUGA:Beri Tugas Khusus Ronaldo untuk Datangkan Fernandes
"Ia bersama Anda?" tanya wanita lebih setengah baya di belakang saya.
"Iya," kata saya, "ia tadi cari tempat parkir".
Lalu kami ngobrol lagi. Juga dengan wanita di depan saya. Mereka antre sambil ngobrol. Ada yang datang dengan suami. Atau teman. Hanya sedikit yang tidak mau ngobrol. Orang Amerika juga suka ngobrol.
Semua tahu: jam 08.00 baru bisa masuk pengadilan --kalau masih ada tempat.
Berarti akan tiga jam lebih di antrean.
BACA JUGA:Prediksi Fabregas Jadi Pengganti Guardiola
BACA JUGA:Menu Ayam Goreng Serundeng, Lezat dan Mudah Membuatnya
Saya sudah pup sebelum mandi tadi. Tapi saya tahu akan punya persoalan berat: buang air kecil.
Apalagi di kedinginan seperti ini. Pasti. Apalagi saya minum air putih banyak setiap pagi: setengah liter ketika bangun. Terbiasa. Lalu menelan obat pertama. Minum lagi. Setelah milih komentar, menelan obat kedua. Minum lagi. Total 1 liter. Dua jam setelah itu pasti harus ada exitnya. Pada jam itu antrean tidak bisa ditinggalkan.
Tapi saya kan membawa minuman satu botol. Untuk diminum dua jam kemudian. Setelah kosong botol itu bisa jadi toilet kecil. Dalam hal ini wartawan seperti tentara: apa saja bisa. Saya tinggal sedikit menyingkir ke balik pohon.