Saya pun menghubungi sahabat Disway yang bergerak di bidang mobil.
Katanya: awalnya orang naik mobil itu perlu kenyamanan. Sedan adalah mobil yang nyaman. Lalu berkembang menjadi status sosial. Sedan pun punya citra dan kelas tersendiri: mobil premium.
Tapi untuk negara berkembang seperti Indonesia tidak semua orang ingin menikmati kenyamanan premium. Yang penting punya mobil –seberapa pun level kenyamanannya.
BACA JUGA:Peluang Juara Makin Menipis
BACA JUGA:Resmi Datangkan Arne Slot Gantikan Klopp
Alasan lain: sedan tidak bisa diisi banyak orang. Maka muncullah pasar baru khas negara berkembang. Yakni mobil yang bisa diisi satu keluarga besar.
Dari situlah pasar sedan tergerogoti. Lalu, sekarang, jadi minoritas.
Pun di pasar mobil bekas. "Minat membeli sedan bekas sangat kecil," ujar Danang Wikanto, pemilik Mobilman.id.
Danang adalah YouTuber bidang mobil bekas. Kalau ada yang mau jual mobil Danang bersedia melakukan test drive. Lalu mengulas keadaan mobil tersebut. Kondisi mesinnya. Bodinya. Sisi baiknya. Sisi kekurangannya. Kian lama penggemar YouTube Mobilman.id kian besar. Lalu jadi lah bisnis jasa jual mobil bekas.
BACA JUGA:Enos-Yudha Kompak AMbil Formulir di Partai Demokrat
BACA JUGA:Gelar Layanan KB Gratis
Menurut Danang, jenis SUV lebih laku di Indonesia karena kondisi jalan kita yang kurang mulus. Juga sering ada genangan. Perlu mobil yang lebih tinggi.
"Sejak era Toyota Kijang orang Indonesia mulai menyukai mobil yang tinggi yang isinya lebih banyak," ujar Danang.
Belakangan, kata Danang, citra mobil SUV meningkat. "Dipandang lebih kekar dan berwibawa," katanya. "Mungkin karena jenis SUV sering dipakai sebagai mobil tentara dan polisi," tambahnya.
Saya pun setuju dengan komentar perusuh kemarin: mengapa masih bicara mobil ketika membicarakan masa depan. "Masa depan adalah drone," ujar perusuh Johanes Kitono.
BACA JUGA:Lindungi Bahasa Daerah, Disdik Gelar Bimtek