Kami pun duduk-duduk di situ. Langit di timur pun mulai memerah. Terang. Tanpa pohon. Gunung-gunung batu mulai terlihat seperti akan saling berebut wibawa.
Dari Kafe Kaifa ini terlihat gunung batu tetap yang jadi penguasa Madinah. Sebelum maupun sesudah Pemilu di Indonesia.
Heran, di Madinah, yang posisinya di utara Kakbah, matahari juga terbit dari timur.
"Gunung-gunung batu itu sebentar lagi pasti akan dihancurkan. Untuk perluasan Madinah," ujar Mas Bajuri.
BACA JUGA:Jadwal Pendaftaran CPNS PPPk 2024
BACA JUGA:Gelar Takbiran Keliling
"Jangan," tukas saya. Cukuplah Madinah seluas sekarang. Kalau pun melebar jangan menghancurkan pegunungan batu itu. Kelak gunung itu akan jadi kekayaan alam yang tidak bisa dibeli.
Kalau di Tiongkok ada gunung batu sedekat kota seperti Madinah pastilah sudah disulap jadi emas. Pasti akan ada lampu sorot aneka warna di waktu malam.
Aneka cahaya akan menyorot puncak-puncaknya yang magis. Sekalian untuk pertunjukan cahaya.
Agak di luar kota Madinah saya lihat sudah ada satu gunung batu yang dibuat seperti itu. Masuklah kota Madinah malam hari. Satu lampu sokle sangat kuat menyorot sebuah puncak gunung batu yang tinggi nan besar. Satu warna cahaya. Itu saja sudah menakjubkan.
Kelak bisa jadi satu puncak satu warna. Puncak lain warna lain lagi.
BACA JUGA:Tertinggi di H-3 Lebaran 2024
BACA JUGA:Polri Ungkap Pabrik Ekstasi di Sunter
Siapa tahu kelak tur di sela umrah dilakukan malam hari. Dari pada tur umrah yang hanya itu-itu saja: kebun kurma.
Saya tentu cukup sekali saja ke kebun kurma. Lima tahun lalu itu. Yang di situ terlalu banyak makan kurma mentah. Sampai pencernaan saya terganggu luar biasa. Aorta saya pun pecah. Anda sudah tahu ceritanya --pun sebelum saya tulis.
Setelah usai subuh ke Kafe Kaifa, malam harinya saya ke sana lagi: kali ketiga. Ingin tahu suasana malamnya yang gemerlapan. Juga ingin beli roti channai --sebagai penebus dosa roti pratta.