Di Sumatra Barat, Gunung Marapi masih aktif dengan letusan kecil dan emisi abu sporadis, meski belum ada laporan mengenai letusan besar sepanjang bulan ini.
Gunung-gunung lain seperti Ile Lewotolok di Lembata, NTT, yang sempat erupsi pada Mei, kini cenderung lebih tenang.
Catatan global menunjukkan hingga Oktober 2025, sedikitnya 63 letusan terjadi dari 58 gunung api di seluruh dunia, dengan 21 di antaranya merupakan erupsi baru.
Pemantauan Tektonik dan Kewaspadaan Merapi
Sementara itu, aktivitas tektonik juga terus dipantau. Gunung Merapi belum menunjukkan tanda peningkatan aktivitas pada awal Oktober.
Namun, PVMBG tetap melakukan pengawasan ketat dengan seismograf untuk mengantisipasi potensi letusan besar.
BACA JUGA:Tim Ekspedisi 10.000 Jam Sukses Taklukkan Gunung Loser di Aceh
BACA JUGA:4 Pendaki Asal OKU Timur Dilepas Menuju Ekspedisi Gunung Leuser
Cuaca Ekstrem di Masa Peralihan Musim
Di saat gunung api aktif, cuaca di Indonesia memasuki fase yang tak kalah krusial. Oktober dikenal sebagai bulan transisi dari kemarau ke musim hujan. Dalam fase ini, cuaca sering berubah tiba-tiba: siang panas terik berganti hujan deras di sore atau malam hari.
BMKG memperingatkan potensi hujan lebat hingga sangat lebat di wilayah Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur pada awal Oktober. Kombinasi curah hujan tinggi dan kondisi atmosfer yang tidak stabil meningkatkan risiko banjir, longsor, hingga angin kencang.
Musim hujan 2025 diperkirakan lebih panjang dari biasanya, dengan peluang hujan ekstrem lebih sering.
Jakarta sendiri pernah mengalami banjir besar pada Maret 2025 akibat curah hujan yang melampaui kapasitas drainase—situasi yang berpotensi terulang jika mitigasi tidak diperkuat sejak dini.
BACA JUGA:3 Stasiun Baru dipasang di Gunung Dempo
BACA JUGA:Gunung Lewotobi Alami 31 Kali Erupsi
Ancaman Longsor dan Dampak Kesehatan