Setelah pernyataan dibacakan, seorang wartawan bertanya: apa yang akan dilakukan oleh para jenderal itu kalau pernyataan mereka diabaikan. Seorang jenderal menjawab: bisa terjadi people power.
Hasil quick count begitu mencolok. Selisih suara tiga pasangan begitu jauh. Selisih itu sulit dipakai untuk menggerakkan rakyat. Potensi people power lebih besar terjadi di Pilpres 2019. Waktu itu Prabowo kalah tipis. Tapi isu people power langsung reda ketika Prabowo menyatakan bisa menerima hasil Pilpres. Ia pun jadi menteri.
BACA JUGA:Bukan Bintang
BACA JUGA:Harga Jagung di OKU Selatan Alami Kenaikan
Tentu pendukung utama Prabowo marah. Kecewa berat. Balik membenci. Tapi mayoritas rakyat menganggap Prabowo negarawan. Kalau sampai terjadi kekacauan negara yang rugi.
Potensi people power yang lebih besar terjadi ketika Gus Dur dilengserkan. Pengikut Gus Dur sudah siap bergerak. Tapi Gus Dur mencegahnya. Gus Dur pilih meninggalkan Istana kepresidenan dengan celana pendeknya. Gus Dur dikenang sebagai negarawan.
Para negarawan sangat pandai meredakan ketegangan. Demi bangsa. Apalagi di saat selisih perolehan suara begitu jauhnya.
Memang perlu perbaikan total sistem Pemilu kita. Bahkan itu pun belum cukup. Harus sampai ke perbaikan sistem politik.
BACA JUGA:Kades Wajib Teliti dalam Mengurus Administrasi Penggunaan Dana Desa
BACA JUGA:Antisipasi Adanya Gangguan, Cek Langsung Pelaksanaan Rapat Pleno
Inilah jalan buntu yang harus diprioritaskan penjebolannya. Bukan lagi mempersoalkan hasil Pilpres.
Itulah sebabnya negarawan hanya perlu sesekali saja menatap ke kaca spion. (*)
BACA JUGA:Anggota KPPS di OKU Timur Meninggal Dunia
BACA JUGA:Diduga Coblos Lebih Sekali, Oknum Kades Dilaporkan ke Bawaslu