Iqro Jimmy

Senin 14 Jul 2025 - 21:54 WIB
Reporter : Gus Munir
Editor : Eris Munandar

Dalam empat tahun, uang "BPJS" yang dipinjam untuk beli properti itu sudah lunas. Iqro' sudah menjadi pemilik properti itu.

Saat sudah lunas itulah, kebetulan gudang di sebelahnya dijual. Setelah cocok harga, dipakailah skema yang sama. Lunas lagi. Lalu beli lagi gudang ketiga di sebelahnya. Siklus yang ketiga ini sedang berjalan. Belum lunas.

Mendengar kiat jitu itu saya pun bertekad: tidak akan mau memberikan ceramah setelah salat subuh. Mereka orang-orang hebat. Tidak pantas saya menceramahi mereka. Maka saya ajak saja diskusi. Langsung dimulai oleh jemaah. Bukan oleh penceramah.

Usai forum subuh itu saya justru ingin belajar lebih banyak dari mereka. Di dekat Iqro' ada kafe yang sudah buka. Kafenya di tengah taman. Di pinggir danau yang teduh. Dua pejabat Persebaya ikut bersama saya: Nanang Prianto dan Ram Surahman.

BACA JUGA:260 Disway

BACA JUGA:Disway Network dan B Universe Jalin Kemitraan

Lalu imam muda salat subuh ikut gabung: orang Aceh lulusan Universitas Syiah Kuala. Statusnya di Perth: mendampingi istri yang mendapat beasiswa doktor kesehatan masyarakat.

Di grup SMSF itu empat-empatnya jadi direktur. Tidak boleh salah satu lebih memimpin. Begitulah aturannya.

Setelah terbukti sukses Jimmy menularkan strateginya itu ke jemaah yang lain. Maka terbentuk tiga grup SMSF lagi. Semuanya jemaah Iqro'. Tiap grup berisi empat orang. Tidak boleh lebih. Aturannya begitu.

Tujuan tiga grup lainnya pun sama: beli properti. Lalu dipakai komunitas Iqro. Sampai pun kini Iqro' punya aula, tempat berlatih yudo dan taekwondo, tempat kursus matematika bagi anak-anak dan belajar Quran.

Untung Ario Susanto, putra Dr Tri Susanto, mengajak saya ke Iqro'. Saya merasa mendapat teman seide.

BACA JUGA:Dahlan Iskan Harap Disway Group Bisa Jadi “Agama Baru”, Menpora Minta Dukung Program Olahraga dan Kepemudaan

BACA JUGA:Disway Gratis

Saya teringat saat mendirikan IIS di Magetan. Saya tidak mungkin mencari sumbangan --bisa ditertawakan orang. Maka "Fikih Financial" mirip cara Jimmy saya lakukan.

Zakat saya sekian tahun ke depan saya bayar di muka. Kalau tidak, sekolah tidak akan bisa cepat terwujud.

Satu hal yang membuat Jimmy dan Ario dan lainnya masih masygul: Iqro' belum bisa untuk salat Jumat. Itu semata soal lapangan parkir. Tidak cukup.

Kategori :