Saya ingin memulai hidup lebih awal, itu tekad saya. Tapi saya tidak menyarankan orang lain menikah di usia muda, ujarnya sembari disambut tawa para tamu undangan.
BACA JUGA:Bawaslu Ajak Awasi Politik Uang Bentuk Digital
BACA JUGA:Hindari Politik Uang dan Kampanye Hitam
Lebih jauh, Herman Deru menyampaikan bahwa ia telah menamatkan "sekolah politik lokal", mengingat pengalamannya sebagai Bupati dua periode dan Gubernur Sumsel dua periode. Namun, ia menekankan bahwa buku ini bukan ajang pamer, melainkan berbagi semangat dan pengalaman.
Buku ini bukan untuk pamer. Saya hanya ingin memantik semangat. Siapa tahu apa yang saya jalani bisa menjadi inspirasi, bukan hanya untuk jadi politisi, tapi juga untuk menjadi orang yang berguna bagi masyarakat, tegasnya.
Herman Deru juga mengungkapkan alasannya bersedia kisah hidupnya dibukukan, salah satunya karena dirinya tidak akan mencalonkan diri lagi di masa mendatang.
Kalau saya mencalonkan lagi, tentu saya tidak mau kisah ini dibukukan, karena bisa dijadikan senjata oleh lawan politik, ujarnya dengan nada bercanda.
BACA JUGA:RT/RW Terlibat Politik Praktis Diminta Mundur
BACA JUGA:Imbau ASN Tak Terlibat Politik Praktis
Salah satu poin menarik dalam buku ini adalah tentang bagaimana Herman Deru menjalankan politik dengan prinsip efisiensi.
Ia mengungkapkan bahwa saat maju sebagai Bupati pada 2005, dirinya hanya menghabiskan dana sekitar Rp 1,9 miliar, jauh lebih kecil dibandingkan kandidat lain yang menghabiskan puluhan kali lipat.
Politik itu bisa murah asal kita mengandalkan jaringan akar rumput dan kepercayaan masyarakat, bukan semata-mata kekuatan finansial, kata Herman Deru.
Penulis utama buku, Alfrenzi Panggarbesi, di dampingi Rustam Imron dan Komalasari, mengungkapkan bahwa proses penulisan buku ini memerlukan waktu panjang.
BACA JUGA:Bawaslu Sebut Media Sosial Bakal Jadi Medan Perang Politik
BACA JUGA:Tolak Jadi Politikus, Sule Ingin Fokus Jadi Seniman
Awalnya, Herman Deru enggan kisah hidupnya diangkat, namun akhirnya setuju setelah diyakinkan bahwa pengalaman politik dari akar rumput layak dibagikan ke publik.