Staf pelatih dan rekan-rekan satu tim melihat Diks sebagai sosok yang tenang, cerdas dalam mengambil keputusan, dan memiliki komunikasi yang baik di ruang ganti—semua kualitas yang dibutuhkan seorang kapten.
Kepercayaan yang besar ini cukup luar biasa, mengingat ia belum lama bergabung dengan skuad utama Monchengladbach.
BACA JUGA:Timnas Indonesia Dibantai Jepang 0-6, Bung Binder: “Skornya Tidak Wajar”
BACA JUGA:Timnas Indonesia Lolos Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia Usai Kalahkan China
Andai resmi mengenakan ban kapten, Kevin Diks akan menjadi salah satu dari segelintir pemain asal Asia Tenggara yang dipercaya memimpin klub top Eropa.
Ini bukan hanya prestasi pribadi, tetapi juga sinyal kuat atas potensi dan eksistensi pemain-pemain Asia Tenggara di level tertinggi sepak bola dunia.
Keberhasilan Diks menjadi simbol transformasi sepak bola Indonesia melalui kebijakan naturalisasi pemain.
Langkahnya ini juga membuka jalan dan menjadi inspirasi bagi pemain-pemain muda Tanah Air untuk menembus kompetisi elite dunia.
BACA JUGA:Emil Audero Bawa Jimat Asal Lombok Saat Debut Bersama Timnas Indonesia
BACA JUGA:Timnas Indonesia Jaga Asa Lolos Piala Dunia Saat Lawan China
Sebelumnya, Diks telah memastikan bahwa dirinya akan meninggalkan FC Copenhagen sejak pertengahan musim 2024/25.
Ia memilih menerima tawaran Borussia Monchengladbach, mengabaikan minat dari klub lain seperti Como 1907 dan Sporting Lisbon.
Klub Bundesliga itu disebut memberikan tawaran yang paling konkret dan sulit ditolak.
Meski memiliki nilai pasar sekitar 4,5 juta euro atau setara Rp76,5 miliar, Diks didatangkan secara gratis karena berstatus bebas transfer—sebuah keuntungan besar bagi Monchengladbach.
BACA JUGA:Ranking FIFA Timnas Indonesia Naik Jelang Duel Panas Lawan China
BACA JUGA:Baru Tiba di Indonesia, Pelatih China Sesumbar Akan Kalahkan Timnas Indonesia