Dewa Ngluyur

Senin 16 Jun 2025 - 18:48 WIB
Reporter : Gus Munir
Editor : Eris Munandar

Di era 1998-an, Tjong Ping membuat patung banteng terbesar di Indonesia. Bisa diarak ke mana-mana. Ia kerahkan tujuh orang untuk membuat kerangka banteng. Mereka kerja siang-malam. Seminggu penuh.

BACA JUGA:Oppo Reno 8 Masih Jadi Primadona di Kelas Menengah pada Juni 2025

BACA JUGA:Oppo A3x Resmi Meluncur, Smartphone Rp 1,5 Jutaan dengan Fitur Premium

Kerangka banteng itu terbuat dari bambu. Tingginya sembilan meter. Kulitnya terbuat dari kertas bekas kantong semen. Kertas itu direndam di cairan semen. Lalu dibalutkan ke kerangka bambu. Setelah kering dicat warna hitam.

Sejak menjadi anggota DPRD Jatim, usahanya tidak terurus. Lalu mati. Kini ia tidak punya kesibukan politik. Maka ia ingin mengurus kelenteng.

"Apa yang pertama akan Anda lakukan di kelenteng?"

"Saya akan lakukan upacara khusus untuk bermohon agar dewa kami kembali ke kelenteng Tuban," katanya.

"Bagaimana kalau tidak mau kembali?"

"Pasti mau. Kami memohonnya dengan sungguh-sungguh," katanya.

Kelenteng Tuban menghadap ke laut Jawa. Di depan kelenteng melintas jalan pantura –peninggalan Gubernur Jenderal Daendels. Itulah jalan jurusan Semarang-Surabaya yang menempel ke laut Jawa.

BACA JUGA:Oppo A5i, Pilihan Terbaru di Smartphone Entry-Level

BACA JUGA:Harga HP Oppo Terbaru Juni 2025, Mulai Rp 1 Jutaan hingga Rp 27 Jutaan, Banyak Pilihan Menarik!

"Apa yang membuat kelenteng Tuban begitu dipercaya banyak orang?"

"Banyak orang kaya merasa berhasil setelah sembahyang di Tuban," ujarnya.

Rasanya, dari tempat keluyurannya, dewa Kelenteng Tuban kini sedang mengamati orang-orang di sana. Kalau dilihatnya pertengkaran masih akan lama bisa-bisa sang dewa memilih ''kabur aja dulu". (Dahlan Iskan)

Kategori :