Tentu saya juga usul agar untuk sementara Soedomo, Alim Markus, dan Wei Fan jadi dewan pembina di yayasan. Mereka adalah tokoh-tokoh utama Tionghoa Jatim. Tjong Ping pun sependapat.
Dalam hal keuangan rasanya Tjong Ping bisa dipercaya. Apalagi Alim yang jadi ketua BPK-nya.
BACA JUGA:Kenali Gejala Awal Penyakit Jantung Sebelum Terlambat
BACA JUGA:Daftar Harga Oppo Reno Series di Bawah Rp 5 Juta per Juni 2025, Banyak Pilihan Menarik!
Tjong Ping sudah teruji waktu jadi anggota DPRD Provinsi Jatim. Tiga periode --bukan dua periode seperti yang saya tulis di Disway kemarin.
Tidak ada berita buruk selama ia di DPRD. Padahal teman-temannya sesama anggota DPRD banyak yang masuk penjara karena korupsi.
Ketika Soedomo, ketua pengurus sementara, minta agar beberapa tanah yang masih atas nama Tjong Ping segera dibalik nama menjadi atas nama kelenteng, ia pun langsung tanda tangan. Tidak sedikit pun ada gejala ia ingin mempertahankannya.
"Coba saja saya terpilih kembali jadi anggota DPRD, saya tidak ingin jadi ketua kelenteng," katanya.
BACA JUGA:Oppo A38 Hadir di Kelas Entry-Level, Bawa Kamera 50MP dan Layar 90Hz, Harganya Mulai Rp 1,5 Jutaan
BACA JUGA:Perbandingan Oppo A5i vs Oppo A5i Pro, Mana yang Lebih Worth It untuk Pengguna di Indonesia?
"Kenapa tidak terpilih lagi?"
"Saya kalah uang. Semua main uang," katanya.
"Kenapa tidak ikut main uang?"
"Saya tidak punya uang. Mobil saya saja hanya Innova tahun 2009," katanya.
Tjong Ping merasa politik telah menyakitkan hidupnya. Ia pun berhenti dari partai PDI-Perjuangan. Besarnya cintanya kepada partai tidak sebanding dengan besarnya cinta partai kepadanya. Itu menurutnya.
Sebelum masuk politik, Tjong Ping seorang pengusaha sukses. Ia berhasil di bisnis hasil bumi. Armada truknya 50 buah. Ia masuk politik karena ''jatuh cinta'' kepada Megawati Soekarnoputri. Tidak ada orang yang seberani Mega melawan Orde Baru, Soeharto, dan Golkar. Itu anggapannya.