Di Tiongkok penyakit semena-mena dari kediktatoran diatasi lewat sistem yang ada di dalam partai.
Meski sekjen partai tetap dominan tapi tidak boleh mengabaikan politbiro. Dulu, politbiro itu beranggotakan sembilan orang. Tidak mudah bersepakat sembilan orang. Lalu, disederhanakan menjadi tujuh orang. Belakangan ada ide akan disederhanakan lagi menjadi lima orang.
Lalu ada disiplin partai yang dijaga ketat. Dibuatlah agar tidak mudah untuk menjadi anggota partai.
BACA JUGA:Audit Keuangan One Map Project Dimulai, Sekjen ATR/BPN Tegaskan Transparansi
BACA JUGA:Bapanas Akan Tekan Disparitas di Wilayah Timur Indonesia
Jumlah anggota partai dibatasi hanya boleh lima persen dari jumlah penduduk. Waini, anggota partai komunis Tiongkok ''hanya'' 75 juta orang –dari total penduduk 1,3 miliar.
Jangan disangka semua orang Tiongkok itu komunis. Untuk menjadi anggota partai sangatlah sulit. Tidak otomatis. Tidak bisa hanya mendaftar. Harus dilihat dulu kualitas Anda. Lalu harus dites.
Sudah lulus tes pun belum bisa langsung jadi anggota. Harus ikut pendidikan partai. Belum tentu Anda lulus pendidikan itu.
Apalagi untuk jadi pengurus. Lebih sulit. Penilaiannya berjenjang. Pendidikannya berjenjang. Tesnya berjenjang.
BACA JUGA:4 Sayuran Kaya Zat Besi untuk Meningkatkan Kesehatan Anda
BACA JUGA:Manfaat Luar Biasa Daun Kale untuk Kesehatan Tubuh
Intinya: disiplin meritokrasi dimulai dari dalam partai. Lalu menjalar ke sistem di pemerintahan.
"Hanya yang berprestasi, hanya yang mampu, hanya yang kapabel, yang bisa dapat jabatan, naik pangkat, menjadi pemimpin".
Contoh nyata yang sering saya sebut adalah Xi Jinping dan Li Kejiang.
Untuk jadi presiden Xi Jinping pernah jadi gubernur Fujian dengan pertumbuhan ekonomi 16 persen per tahun.
BACA JUGA:Resep Bening Daun Katuk, Hidangan Sehat dan Bergizi untuk Ibu Menyusui