BACA JUGA:Liverpool Bakal Cuci Gudang 6 Pemain Siap Hengkang
Aliran orang masuk gerbang itu mengarah ke deretan kios pembelian yosua. Satu bungkus tiga batang.
Dengan yosua di telapak tangan di dada, mereka menuju halaman pagoda. Mereka melakukan ''tawaf'': berjalan mengelilingi pagoda tua setinggi 40 meter itu. Tiga putaran.
Di putaran pertama mereka berhenti di setiap arah mata angin. Lalu menghadap ke pagoda. Menundukkan badan tiga kali. Lalu jalan lagi.
Di putaran kedua dan ketiga mereka hanya berhenti satu kali. Untuk membungkukkan badan. Yakni di bagian timur pagoda. Di arah matahari terbit.
BACA JUGA:Warga Geger Temukan Sosok Mayat di Kebun
BACA JUGA:Wabup Ogan Ilir Diperiksa Terkait Kasus Mangkrak Pasar Cinde
Salah satu perbedaan dengan tawaf di Kakbah adalah arah putarnya: kebalikan arah jarum jam. Lalu jumlah putarannya: di Kakbah tujuh kali putaran. Di Long Hua tiga kali.
Di Hindu juga ada ritual ''tawaf'' seperti itu. Yakni di kota suci Varanasi, di pinggir sungai Gangga, di pedalaman India. Yang dikelilingi adalah pura. Sembilan putaran. Arah berputarnya sama dengan yang di Long Hua. Jumlah putarannya sembilan kali. Saya pernah ikut berputar di pura Hindu di Varanasi itu.
Di Shanghai, setelah ''tawaf'' itu mereka masuk ke gerbang besar. Gerbang dengan desain khas kelenteng. Yosua masih di dada. Mereka menuju kuil-kuil di dalam gerbang itu. Banyak sekali kuilnya. Vihara ini luas sekali: dua hektare.
Mereka mencari kuil masing-masing, yang di dalamnya ada altar dewa tertentu. Mereka mencari dewa masing-masing, sesuai dengan tujuan sembahyangnya hari itu. Ada dewa keselamatan, kesehatan, kerukunan keluarga, banyak rezeki dan seterusnya.
BACA JUGA:GPS Collar Dinilai Mampu Atasi Serangan Gajah Liar
BACA JUGA:Nusron Wahid Tekadkan Lindungi Tanah Ulayat
Di situlah yoshua yang dibawa ''tawaf'' mengelilingi pagoda itu dibakar. Ribuan orang bergantian membakar yoshua. Di banyak tempat. Sambil mereka terus mengucapkan doa.
Doa saya satu: agar Jannet dapat tiket kereta ke Rizhao.(Dahlan Iskan)