Salah paham seperti itu juga sering terjadi di tempat lain. Termasuk di Indonesia. Tapi selalu bisa diselamatkan dengan instruksi lengkap seperti di atas.
BACA JUGA:Komitmen Perkuat Kerjasama Perdagangan Indonesia -Vietnam
BACA JUGA:Bahaya Kebisaan Ngemil Malam Hari
Yang paling rawan adalah kalau pesawat yang turun naik di bandara itu banyak jenis. Besar dan kecil. Seperti di Juanda Surabaya.
"Dalam case accident di Haneda sepertinya tidak ada waktu untuk pilot atau ATC melakukan warning tersebut," ujarnyi.
Akibatnya fatal. Dan itu terjadi di Jepang. Yang budaya disiplinnya begitu tinggi. Orang menyeberang jalan saja tengok kanan-kiri dulu. Ini di Haneda. Ada pilot yang begitu tidak disiplinnya.
Memang Haneda sangat sibuk pada 2 Januari sore itu. Itulah saatnya orang yang mudik kembali ke Tokyo. Termasuk mereka yang hari itu baru balik dari mudik ke Hokkaido. Mereka harus kembali bekerja di Tokyo. Apalagi baru ada gempa. Banyak pesawat kecil ikut menyibukkan Haneda.
BACA JUGA:Rekomendasi Blush On yang Biasa Digunakan MUA Bikin Kulit Wajah Cerah dan Segar
BACA JUGA:Korban Lakantas Beruntun di Tol Indraprabu 1 Tewas, 2 Selamat
Haneda memang menjadi bandara pilihan. Lokasinya di antara Tokyo dan Yokohama. Dekat ke mana-mana. Beda dengan bandara Narita: lebih satu jam dari pusat kota Tokyo.
Satu pilot pesawat kecil telah menyebabkan bencana fatal bagi pesawat besar. Inilah pilot yang membuat pesawat seharga Rp 1,5 trillium habis dilahap api. Memang JAL akan dapat penggantian dari perusahaan asuransi. Tapi bila semua penumpangnya tewas alangkah tragisnya: tragedi tahun baru. (*)
BACA JUGA:Real Madrid vs Atletico Madrid : 5-3
BACA JUGA:9 Tips Jaga Kesehatan dan Kecantikan Kuku