Harimau Lapar

Jumat 06 Dec 2024 - 22:14 WIB
Reporter : Gus Munir
Editor : Eris Munandar

Oleh: Dahlan Iskan

PASAR untuk kelas menengah turun. Tinggal 17 persen dari jumlah penduduk. Drastis. Pasar kelas bawah naik. Menjadi 21 persen. Sedang pasar kelas atas tidak naik tidak pula turun.

Para manajer marketing harus tahu itu. Agar cara-cara marketing mereka menyesuaikan diri dengan kenyataan baru.

Itulah tema besar Konferensi Marketing tahunan yang diselenggarakan MarkPlus di The Ritz-Carlton, Jakarta, kemarin.

Hermawan Kartajaya, pendiri MarkPlus, tidak hanya memaparkan data di atas, tapi juga memberi gambaran bagaimana menyikapinya. 

BACA JUGA:Kurangi Angka Stunting, Luncurkan Program Genting

BACA JUGA:Listrik Padam, Sinyal Hilang

Secara marketing naiknya pasar kelas bawah lebih mudah disikapi. Mengubah produk untuk kelas menengah menjadi untuk kelas bawah tinggal menurunkan harga. Tapi kualitas tetap harus dijaga.

Di situlah peran teknologi. Dengan teknologi efisiensi bisa dicapai. Kualitas dinaikkan. Harga diturunkan.

Orang marketing tidak membicarakan penurunan pasar kelas menengah itu baik atau buruk. Itu tugas ekonom untuk menilai. Marketing tetap saja bagaimana harus bisa jualan.

MarkPlus mengutip data resmi Biro Pusat Statistik (BPS). BPS menyebut jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 57,33 juta orang. 

BACA JUGA:Realisasikan Dana Operasional untuk Pengurus Dewan Pembina dan Pemangku Adat

BACA JUGA:Selebgram Hana Hanifah Diperiksa Polisi Atas Kasus Dugaan Korupsi SPPD Fiktif

Itu setara dengan 21,45 persen dari total penduduk pada tahun 2019. Lalu, pada tahun 2024 angka itu hanya tersisa menjadi 47,85 juta orang atau setara dengan 17,13 persen .

Artinya, sebanyak 9,48 juta penduduk kelas menengah turun kelas.

Kategori :