Suami Sendiri
Tidak tercantum di susunan acara tapi bisa dipaksakan: ke makam Abu Waqash di Guangzhou.-Photo: istimewa-Gus munir
BACA JUGA:Menteri Nusron: Sudah 119 Juta Bidang Tanah Terdaftar
BACA JUGA:Enzo Tampil Buruk Diduga Karena Masalah Keluarga
Saya lihat beberapa wanita di rombongan kami juga bergiliran masuk. Baik yang pakai kerudung maupun yang you can see berpenutup darurat. Yang Kristen. Yang Buddha. Mereka duduk menghadap makam. Menunduk. Berdoa. Dalam hati.
Begitu keluar dari ruang nisan itu terlihat begitu banyak orang Tionghoa yang ingin masuk. Dari wajah mereka saya hafal: orang dari provinsi Gansu. Atau Qunghai. Apalagi kalau lihat cara mereka pakai topi putih yang menempel di kepala.
Mereka datang dari kota Lanzhou –ibu kota Gansu. Saya pun ngobrol dengan mereka. Saya puji enaknya mi Lanzhou Lamian kesukaan saya kalau ke Gansu.
Dari obrolan itu saya tahu: mereka datang ke Guangzhou khusus untuk berziarah kubur. Ke makam Abu Waqash. Mereka naik bus. Tiga hari tiga malam.
BACA JUGA:Timnas Indonesia Berpeluang Masuk Pot 1 di Kualifikasi Piala Asia U-23
BACA JUGA:Ingin Terhindar dari Diabetes? Cukup Lakukan Jalan Cepat
Dari Guangzhou mereka masih akan ke provinsi Fujian. Ke kota Quanzhou. Di situ ada makam wali lainnya --seangkatan dengan Abu Waqash.
Quanzhou memang salah satu pelabuhan utama Tiongkok masa lalu. Ibnu Batuta pernah tinggal di Quanzhou.
Di dalam bus, kami pun bicara tentang Islam. Salah satu anggota rombongan, Jenny Widjaja, si pioneer mi sagu, banyak tahu tentang Islam.
Jenny pernah bersahabat baik dengan ustad Arifin Ilham. Dia tahu banyak istilah dalam tafsir quran. Dia pernah menjual laris alat elektronik untuk membaca quran sekaligus artinya.
BACA JUGA:6 Manfaat Daun Sirsak untuk Kesehatan
BACA JUGA:BRI Peduli Pendidikan, Sentuh Kawasan 3T
Salah satu topik pembicaraan dalam bus itu soal poligami. Alangkah enaknya laki-laki muslim. Bisa punya istri empat.