Paling Pedas
Dahlan iskan-Photo: istimewa-Gus munir
Dengan menyentuh gambar tertentu, sandaran kursi berubah menjadi tukang pijat. Ada tiga pilihan jenis pijat. Tinggal pilih: pijatan atas-bawah, kanan-kiri, atau jenis penggerayangan.
Di samping kursi itu ada lubang. Cukup untuk handphone. Tempat HP. Begitu HP ditaruh di situ otomatis charging.
Sehari penuh kemarin saya bersama Denza. Setelah kunjungan ke pabrik di Foshan kami meneruskan perjalanan ke Shenzhen. Foshan-Shenzhen sekitar dua jam. Tentu makan siang dulu: masakan asli provinsi Hunan. Pedas. Serba ikan air tawar.
BACA JUGA:Diminta Turunkan Angka Kemiskinan
BACA JUGA:Sangkar BBM Illegal Dibongkar
"Mulai tahun ini masakan Hunan terpilih sebagai masakan terpopuler di Tiongkok," ujar pemilik pabrik yang mentraktir makan siang. "Mengalahkan masakan Sichuan," tambahnya.
Rasanya ia objektif. Ia bukan orang Hunan. Ia asli Henan. Provinsi Hunan, Henan dan Sichuan saling berbatasan. Juga saling bersaing dalam hal pedas-pedasan.
Hunan punya motto ''tidak takut pedas''. Henan punya motto: ''pedas tidak takut''. Motto Sichuan ''takut tidak pedas''.
"Jadi, mana yang paling pedas?" tanya saya.
BACA JUGA:Tak Hanya Sebagai Rempah untuk Memasak, Serai Ternyata Bisa Atasi Asam Urat
BACA JUGA:Resep Kue Lumpur Kentang, Camilan Lembut yang Bikin Ketagihan
"Tergantung orang mana yang menjawab. Bagi saya masakan Hunan paling pedas," jawabnya.
Saya juga sering ditanya: di Indonesia masakan mana yang paling pedas. Padang? Ambon? Manado? Jawab saya setegas Prabowo: Manado!
Saya salah. Yang paling pedas saat ini ada dua: Said Didu dan Roy Suryo!
Sepanjang perjalanan Foshan-Shenzhen saya banyak bertanya soal mobil-mobil listrik di Tiongkok.