Bambu Hermawan
![](https://okuekspres.bacakoran.co/upload/11498e466aef71f4f6453ecb3403e197.jpg)
Prof Hermawan memanfaatkan pertemanannya itu untuk Indonesia. Ia menebengkan mahasiswa S-2 dan S-3 nya di sana: untuk bisa masuk ke lingkaran penelitian kelas dunia.-Photo: istimewa-Gus munir
Gaji dan anggaran memang salah satu jalan menuju WCU. Tapi Prof Hermawan menganggap itu satu dari ”kekayaan” masalah kita. Tidak boleh menyerah. Merdeka saja bisa pakai bambu runcing. Masuk ke WCU tentu juga bisa pakai bambu yang sedikit lebih tumpul.
Untuk itu Hermawan memuji seorang dosen wanita di Semarang. Kami semua terpana. Nama itu begitu asing di telinga umumnya akademisi Indonesia. Tapi dia itulah yang memegang nilai tertinggi H-indeks di seluruh Indonesia.
Namanyi: Dina Nur Anggraini Ningrum. Dosen di Unnes Semarang --dulu IKIP Semarang.
BACA JUGA:Pinkan Mambo Ungkapkan Telah Bercerai Dari Arya Khan
BACA JUGA:Transisi Pemerintahan Jokowi ke Prabowo Mulus
Saat jeda acara saya nebeng ke meja MWA Unnes. Ingin tahu siapa Dina. Saya pun dapat nomor telepon Dina.
Malamnya saya telepon Dina. Ingin kenalan. Juga ingin tahu bagaimana Dina bisa memegang rekor penelitian di Indonesia.
"Lho kita kan pernah bertemu, Pak," jawab Dina.
"Hah?”
"Bapak lupa ya. Kita bertemu di Taiwan," ujar Dina. "Saat bapak memberi kuliah umum saya masih mahasiswa S-3 di sana. Kita sempat ngobrol bersama teman-teman".
" Anda yang cantik mungil dan imut itu?"
"Saya ingat bapak memuji kami beruntung bisa kuliah di Taiwan yang ekonominya unik: lebih bertumpu pada usaha kecil dan menengah".
BACA JUGA:BBM Rendah Sulfur Segera Didistribusikan
BACA JUGA:Kepsek Beri tanggapan Soal Rolling
Dina ternyata punya cara sendiri untuk berprestasi dalam riset: bergabung ke grup riset yang besar (lihat Disway soal Dina edisi besok). Itulah, kata Hermawan, salah satu cara terbaik di saat serba kekurangan di Indonesia: bergabung ke grup riset dunia yang besar.