Jilbab IKN

Dahlan Iskan-Photo:istimewa-Gus munir

Saya ingat cucu pertama saya: Khalisa Salwa Dinata. Dipanggil Icha. Dia ingin sekali masuk SMA Xin Zhong di Surabaya. Dia datang ke Xin Zhong. Pakai jilbab. Ingin mendaftarkan diri.

BACA JUGA:Job Fair Merdeka di Prabumulih Diserbu Ribuan Pencari Kerja

BACA JUGA:Temukan 15 Butir Telur Ular di SDN 44 Lubuk Linggau

Di situ Icha diberi tahu: syarat bersekolah di Xin Zhong tidak boleh mengenakan simbol keagamaan apa pun.

Di sini Xin Zhong pintar. Xin Zhong tidak melarang jilbab. Tidak ada kata jilbab di persyaratan itu. Yang ada adalah ''simbol keagamaan apa pun'' tidak boleh. Jilbab sudah menjadi simbol keagamaan.

Di Xin Zhong persyaratan itu dijalankan secara adil. Tidak boleh juga ada siswa yang mengenakan kalung bergambar salib.

Xin Zhong (新中) adalah sekolah swasta yang didirikan oleh para alumni Xin Zhong yang jumlahnya ribuan. Mereka sudah banyak yang kaya raya. Bangunan sekolah itu seperti SMA di Amerika. Fasilitas fisiknya serba modern.

BACA JUGA:Itel P65, Smartphone Futuristik dengan Fitur Unggulan di Segmen Entry-Level

BACA JUGA:Resep Mochi Daifuku, Makanan Khas Jepang yang Terkenal

Zaman Orde Lama, sebelum sekolah Tionghoa dilarang Pak Harto, Xin Zhong memang salah satu sekolah unggul di Surabaya.

Icha menerima syarat Xin Zhong itu dengan baik. Dia pilih tetap pakai jilbab. Masih ada jalan lain. Sekolah ke Tiongkok. Di Tiongkok pakai jilbab tidak dilarang.

Maka Icha ingin masuk ke SMA di Tiongkok. Dia sudah sering ikut kakeknya ke berbagai kota di sana. Dia jatuh cinta ke kota Hangzhou –satu jam pakai Whoosh dari Shanghai.

Kakeknyi pun mengantarkan Icha ke Hangzhou. Pilih-pilih. Di SMA mana yang dia suka. Lalu cari apartemen sederhana untuk kost selama di sekolah di Hangzhou.

BACA JUGA:Job Fair Merdeka di Prabumulih Diserbu Ribuan Pencari Kerja

BACA JUGA:Honor Pad X8a, Tablet Elegan dengan Performa Andal, Segera Hadir di Indonesia?

Tag
Share