Pikul Agama
Dahlan Iskan-Photo ist-Gus munir
Malam itu sekitar 400 dewa dari berbagai kelenteng Indonesia didatangkan ke Tay Kak Sie. Mereka meletakkan dewa-dewa mereka di altar besar. Sebelum subuh dewa-dewa itu diturunkan, dimasukkan tandu masing-masing untuk diarak ke Kelenteng Agung Sam Poo Kong.
"Di mata orang Tionghoa, Cheng Ho itu siapa?" tanya saya pada Novi.
BACA JUGA:Sempat 7 Tahun Vakum, Maudy Luncurkan Karya Musik
BACA JUGA:Andre Taulany Gugat Cerai Istri Sejak April 2024
"Di mata kami Cheng Ho itu dewa," jawabnyi.
Tentu banyak pandangan tentang siapa Cheng Ho. Saya juga banyak membaca literatur tentang pelaut agung itu. Saya sudah ke pelabuhan pembuatan kapal-kapal Cheng Ho di Tiongkok sana.
Baru di Semarang ini saya tahu bahwa Cheng Ho adalah dewa. Mungkin Cheng Ho telah menginspirasi ribuan orang Tiongkok untuk berlayar ke selatan. Termasuk sampai ke wilayah yang kelak bernama Indonesia.
Kalau saya hanya berjalan tanpa kesibukan apa artinya saya ikut arak-arakan. Maka saya cari-cari pekerjaan. Apa yang bisa saya lakukan di sepanjang jalan itu.
Tentu saya juga memikirkan mengapa semua pemeluk agama begitu bergairah mengamalkan agama masing-masing. Sampai kadang menjelekkan agama tetangga.
BACA JUGA:Dua Atlet Panjat Tebing Putri Indonesia Gagal Persembahkan Medali Olimpiade
BACA JUGA:Bernard Benyamin Optimistis Raih Medali Balap Sepeda Olimpiade Paris 2024
Agama itu memang masuk akal –khusus bagi pengikutnya masing-masing.(Dahlan Iskan)