Ditoto Dito

Foto udara Bandara Dhoho Kediri. -Foto: Disway-Gus munir

BACA JUGA:BNN Datangi Desa Air Satan, Ada Apa?

"Kan masih pakai parfum. Kalau sudah pakai minyak angin baru Muslimat," jawabnyi bercanda.

Saya baru tahu sekarang ini ada guyon seperti itu: bau minyak telon itu IPPNU. Bau parfum itu Fatayat NU. Bau minyak angin itu Muslimat NU.

"Apakah akan digandeng lagi oleh Dito?"

"Saya mengalir saja," jawabnyi.

Di Kediri memang terpasang banyak sekali baliho. Bunyinya: Kediri Ditoto. Maksudnya: Ditoto oleh Dito. Dito maju lagi.

Dito adalah panggilan Hanindhito Himawan Pramono. Ia masih sangat muda. Waktu pertama terpilih dulu usianya baru 29 tahun.

BACA JUGA:Kepala Puskesmas Sungai Lumpur Mundur

BACA JUGA:Iwan Hermawan dan Faisal Ranopa Terima Surat Tugas dari Gerindra

Memang Panji Corpu-lah yang mengundang saya, tapi apa salahnya mampir bandara. Tak terbayangkan Kediri punya bandara. Besar pula. Jaraknya hanya dua jam dari bandara Juanda. Dua jam pula dari bandara Solo.

Itu karena Kediri punya pabrik rokok besar Gudang Garam. GG-lah yang membangun bandara itu. Dengan investasi sebesar Rp 13 triliun.

Saya tidak tahu bagaimana cara menghitung pengembalian investasi sebesar itu. Anda pun tahu: bandara sulit mendatangkan keuntungan. Terutama untuk jangka pendek. Apalagi di sebuah kabupaten.

Pasti ada tujuan non komersial yang mulia: membangun daerah. Yakni di mana GG dilahirkan dan dibesarkan.

BACA JUGA:Diduga Korupsi Dana Desa, Kejari OKU Selatan Tahan Kades Mahanggin

BACA JUGA:Pura-pura Beli Hp, Warga Tangkap Pembobol Rumah

Tag
Share