Koran Elpiji
Dahlan Iskan-Photo ist-Gus munir
Pipa gas memang bisa cepat tersambung bila ada motif ekonomi yang kuat. Pipa gas Blora-Semarang misalnya. Cepat sekali terbangun. Itu karena pipa tersebut bisa langsung membuat PLN Tambak Lorok berhemat ratusan miliar rupiah setahun.
Sayangnya pipa gas Blora-Semarang itu tidak mampir ke Demak. Kawasan industri Demak sebenarnya tinggal membuat percabangan di tengahnya. Gubernur Jateng-lah yang harus berjuang untuk terwujudnya percabangan itu.
BACA JUGA:Pertumbuhan Ekonomi OKU Timur Alami Penurunan 0,39%
BACA JUGA:Gencar Sosialisasikan Gemarikan Agar Gizi Anak Terpenuhi
Kemarin, dalam perjalanan dari Jakarta ke Mojokerto saya dapat kabar gembira untuk Ganjar Pranowo: tender proyek pemasangan pipa gas dari Cirebon ke Batang sudah terlaksana. Sudah menghasilkan pemenang.
Kalau tidak ada yang mempersoalkan tender itu berarti proyek bisa segera dimulai. Akhir tahun depan jalur pipa Cirebon-Batang sudah selesai terpasang.
Kawasan industri yang banyak bermunculan di sekitar Kendal-Batang pun segera dapat aliran gas.
Saya pun akan bertanya ke pengusaha keramik itu: apakah masih berminat membangun pabriknya di Jateng. Atau sudah keburu diinvestasikan di bidang lain.
BACA JUGA:Denmark dan Inggris Jaga Peluang Lolos
BACA JUGA:Resep Sambal Tomat Lezat dan Pedas
Dulu situasinya memang ibarat ayam dan telur. Pipa tidak dibangun kalau tidak ada industri. Sebaliknya pabrik tidak dibangun kalau tidak ada gas. Rupanya ayam dan telur itu kini sudah dibuat kare: tinggal dimakan.
Gubernur baru Jateng tinggal ikut meresmikannya kelak. Jateng segera tersambung oleh jaringan gas.
Jaringan Cirebon-Batang itu adalah sambungan terakhir. Sebelum ini proyek pipa Batang-Semarang baru saja selesai dibangun.
Dengan selesainya proyek pipa gas Cirebon-Batang berarti sepanjang Jawa sudah akan punya jaringan pipa gas.
BACA JUGA:Tips Jaga Kulit Dari Panas Matahari yang Menyengat