Masa Depan
Beijing Motor Show 2024. -Foto: Disway.ID-Gus munir
Tesla adalah sedan saya terakhir. Istri saya sudah sulit masuk sedan. Apalagi keluarnya. Padahal badannyi sekarang sudah sangat langsing. Usia rupanya berpengaruh pada sedan. Apalagi kalau lagi pakai kebaya.
India sebenarnya juga ngebet ingin dominan di mobil listrik. Impor BBM India telah menyiksa ekonomi negeri itu: yang terbesar di dunia. Juga salah satu produsen emisi terbesar sejagat raya.
Tapi India punya hambatan besar untuk masuk mobil listrik: belum bisa mengolah lithium.
India sebenarnya sudah menemukan tambang lithium. Besar sekali. Di Kashmir! Yang mayoritas penduduknya Muslim. Jelaslah mengapa India tidak rela Kashmir merdeka.
BACA JUGA:Ajak Hindari Penyakit KJS dengan Kuatkan Pola Olahraga
BACA JUGA:BPH Migas Terbitkan Aturan Pembelian Pertalite
Pekan lalu India mengumumkan: siap bekerja sama dengan negara mana saja untuk mengolah tambang lithium itu. Terutama mendirikan pabrik processing lithium.
Dari bahan tambang demonical menjadi lithium. Lalu membangun pabrik baterai untuk kepentingan pengembangan mobil listrik dalam negeri.
Untuk sementara India tidak mau menggalakkan mobil listrik. India tidak mau tergantung pada bahan baku lithium dari Tiongkok.
Kini Tiongkoklah pemilik pabrik prosesing lithium terbesar di dunia: 2/3 prosesing lithium dunia ada di Tiongkok.
BACA JUGA:Material Longsor Tutup Jalan
BACA JUGA:Ajak Guru dan Kepsek Jaga Aset Daerah
Jelaslah Tiongkok telah menemukan tiga fokus andalan pertumbuhan ekonominya ke depan: mobil listrik, solar cell dan baterai lithium.
Bukan kita. Pasca putusan MK yang lalu fokus kita masih ini: siapa dapat kursi berapa di kabinet baru Prabowo-Gibran. Golkar pun yang semula sudah merasa aman dengan jatah lima kursi kabinet bisa kembali was-was. Terutama setelah Nasdem dan PKB masuk koalisi. Ditambah PKS pun sudah ingin bersama Prabowo pula.
Maka tiga fokus kita saat ini: siapa dapat berapa, siapa menguasai kementerian basah yang mana dan siapa dapat BUMN-BUMN raksasa.(Dahlan Iskan)