Perang Bukan
Dahlan Iskan-Photo ist-Gus munir
Perang gaya baru ini ''sukses'' dilakukan Amerika di Baghdad. Yakni ketika Amerika membunuh jenderal penting Iran yang lagi berkunjung ke Irak. Ketika sang jenderal berada di konvoi di jalan raya di pinggir kota Baghdad tembakan dari udara meledakkan mobil yang diincar.
Demikian juga ketika Israel mengincar tokoh Hamas Palestina. Sang tokoh lagi di Beirut, Lebanon.
Begitu diketahui sang incaran berada di sebuah bangunan dua lantai, tembakan dari udara meledakkan bangunan itu. Yang diincar tewas.
Pun ketika awal bulan ini Israel ingin membunuh jenderal Iran yang lagi di Syria. Senjata dari udara menghancurkan bagian bangunan kedutaan Iran.
BACA JUGA:Posko THR Tutup H+7, Segera Tindak lanjuti Laporan
BACA JUGA:Sadis, Ini Tampang Pembunuh Istri dan Anak di Palembang
Senjata itu tahu sang jenderal lagi di bagian mana di gedung kedutaan tersebut. Yang rusak hanya bagian yang diincar.
Ketika Biden minta Israel tidak membalas dengan cara menyerang Iran, bukan berarti Amerika tidak lagi membantu Israel. Amerika lebih menginginkan perang yang lebih dingin: bunuh komandannya, jangan bunuh prajuritnya. Apalagi warga sipilnya.
Maka Israel pun punya daftar ''wanted''. Siapa saja yang harus jadi sasaran ''sniper'' gaya baru: Tokoh-tokoh Hamas di Palestina, tokoh Hisbullah di Lebanon, dan tokoh-tokoh Iran di mana saja.
Rupanya Israel mengalami kesulitan menerapkan cara ''sniper tersebut ke komandan Hamas. Bukan mata-mata Israel tidak tahu sasaran tembaknya, tapi sang sasaran selalu bersama warga Israel yang mereka sandera.
BACA JUGA:Bedeng Dijadikan Lokasi Mesum dan Narkoba didatangi Petugas
BACA JUGA:Banjir Merendam Ribuan Rumah
Iran sudah dua kali merasakan langsung kejamnya perang gaya sniper ini. Dua jenderal pentingnya tewas tanpa ada perang.
Iran belum menemukan cara yang efektif untuk melawan perang yang bukan perang ini.
Keahlian menembak para sniper kini tergusur oleh penembak remote control. (*)