Garis Kemampuan

Dahlan Iskan bersama owner Dea Bakery, Mulyani Hadiwijaya, saat acara Disway Malang Business Adventure. -Disway-

Lalu perusahaan Bu Mul mewajibkan karyawan "cuti khusus" dua minggu dalam setahun. Khusus untuk mukim di pondok. Memperdalam agama dan isi Al Quran. Secara bergilir. Bergantian.

Saya pun bertanya: "Apakah tidak mau ambil kredit bank itu lantaran takut riba?"

Jawab bu Mul agak di luar dugaan saya.

"Tidak," katanya. "Mungkin hanya karena saya wanita. Lebih banyak pakai otak kiri," tambahnya.

Lalu Bu Mul membuka rahasia gaya hidupnyi. "Saya ini orang yang selalu hidup di bawah garis kemampuan," katanya. Saya tertawa --terkecoh dengan kalimat plesetan itu.

BACA JUGA:Disway Malang

BACA JUGA:Event Disway Mancing 2024, Wartawan TVRI Raih Juara 1

"Dulu, ketika uang saya sedikit, saya sudah merasa cukup. Kini uang saya banyak juga hanya merasa cukup".

Meski dua tahun terakhir mampu membuka 12 outlet baru, tidak berarti tiap tahun membuka outlet. Pernah beberapa tahun sengaja tidak mau buka outlet baru. Dia pilih benah-benah internal Dea. Termasuk hanya fokus pada kebersihan dan kesehatan di pabriknya.

Cara bicara Bu Mul agak khas --menandakan bukan orang Malang. Bunyi 'r' nyi cedal.

"Saya Tionghoa," katanya.

Campuran?

"Asli. Bapak saya Tionghoa. Ibu saya Tionghoa," katanya.

Saya pun memperhatikan mata dan wajahnya.

Saya pun bertanya ke Pak Lurah yang satu meja dengan saya. "Apakah Pak Lurah tahu kalau bu Mul ini Tionghoa?"

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan