Santri Mandarin

Santri Mandarin-Istimewa-

Masjid itu didirikan di situ karena sejarah: di situlah markas besar laskar Hisbullah di zaman perang kemerdekaan. Tokohnya KH Masykur. Lalu diteruskan oleh KH Tholhah Hasan --pernah menjabat menteri agama.

Kini SMA Islam Sabilillah punya program bahasa Jerman, Jepang dan Mandarin. Sedang bahasa wajib untuk semua siswa adalah Inggris dan Arab.

BACA JUGA:260 Disway

BACA JUGA:Disway Network dan B Universe Jalin Kemitraan

"Kami mendapatkan guru Mandarin dari Universitas ''dulu IKIP' Malang," ujar Ahmad Nasor, wakil kepala sekolah di situ. Ia sendiri alumnus UM jurusan sejarah.

Yang paling banyak kirim peserta tentulah pondok pesantren Nurul Jadid, 15 orang. Lalu Madrasah Aliyah Unggulan Bina Insan Mulia (Bima), Cirebon, 14 orang. Bima adalah milik tokoh NU yang pernah jadi ketua cabang PDI-Perjuangan di Kairo, Mesir: KH Imam Jazuli.

Dari Madura masih ada satu pesantren lagi yang kirim peserta: pondok pesantren Al Nuqayah di luar kota Sumenep.

Ada juga dari Lamongan: SMK 1 NU Karanggeneng. Lalu dari Madrasah Aliyah (MA) Syekh Abdurrahman, Malang.

BACA JUGA:Dahlan Iskan Harap Disway Group Bisa Jadi “Agama Baru”, Menpora Minta Dukung Program Olahraga dan Kepemudaan

BACA JUGA:Disway Gratis

Yang dari sekolah Tionghoa tercatat: SMA Xin Zhong, Surabaya. Lalu dari Universitas Ma Chung, Malang.

Tidak kalah pula dari SMA Kristen Elyon, SMA IPH West, dan SMA Katolik Frateran Surabaya.

Ketua Dewan Kehormatan PSMTI Pusat Teguh Kinarto juga kaget begitu banyak pesertanya. Begitu berkembang bahasa Mandarin di pondok pesantren.

"Saya akan nonton bersama anak cucu," ujar Teguh Kinarto.

Semua anak muda punya mimpi tentang Indonesia. Tapi seperti apa mimpi itu kalau diucapkan dalam bahasa Mandarin, Anda pun ingin menyaksikannya.(Dahlan Iskan)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan