Orang Penting

Orang Penting-Istimewa-
Tidak ada orang yang masuk nominasi saya –kecuali yang baru ganti baju itu.
Maka, saatnya turun, saya persilakan si butik mendahului saya. Ia tidak mau. Agak saya paksa. Tetap tidak mau. Rendah hati sekali.
"Saya dari Indonesia," kata saya. "Anda dari mana?" sambil saya tersenyum menatap wajahnya.
"Saudi Arabia," jawabnya. Juga sambil senyum.
Dengan menyebut Saudi saya menyesal memperkenalkan diri sebagai Indonesia. Ia pasti sudah tahu tampang seperti saya ini orang Indonesia –seperti yang sering ia lihat menjadi sopir di negaranya.
Tapi, lebih dulu memperkenalkan diri ''saya dari mana'' selalu saya pakai ketika akan menanyakan ''Anda dari mana''. Ada maksud yang bisa Anda tebak di balik cara itu.
BACA JUGA:Disway Gratis
Saya pun menuruni tangga pesawat. Menuju bus yang ada di balik konvoi itu. Lama saya menunggu di dalam bus: penumpang setelah saya dilarang turun. Harus menunggu si butik turun dulu. Beberapa orang siap menyambut di mulut tangga.
Dua hari setelah di Damaskus saya berkesimpulan: orang seperti si butik itulah yang membuat Suriah cepat hidup kembali. Bahwa pesawat tidak menempel ke belalai rasanya juga demi pelayanan ke si butik –agar konvoi penyambutan bisa berbaris di mulut tangga pesawat.
Saya ingat di awal-awal kebangkitan Tiongkok dulu. Tahun 1980-an. Tamu-tamu disambut khusus. Investor sekecil apa pun dikalungi bunga.
Janet menuruni tangga pesawat dengan hati masih dag-dig-dug: apakah tanpa visa bisa masuk Syria. Padahal tidak ada lagi kedutaan besar Tiongkok di Suriah: tutup. Belum buka kembali.
Ternyata Gus Najih benar. Bisa. Murah pula. Hanya sepertiga biaya masuk Indonesia dengan cara yang sama.
BACA JUGA:Disway Malang
BACA JUGA:Event Disway Mancing 2024, Wartawan TVRI Raih Juara 1