Erros Kanan

Erros Djarot (kanan) memperlihatkan sebuah halaman surat kabar pada Megawati. Foto ini disebutkan Megawati datang ke kantor media Detik. -Istimewa-

Erros dan Laks senasib: seperti kulit yang terpisah dari kacangnya ¬¬–sama-sama terpisah dari Megawati.

Peran Laks juga besar di balik Megawati –tapi Laks mengakui peran Erros lebih dominan. Laks diperlukan kalau sudah menyangkut ekonomi.

Buku ini mengingatkan kesalahan saya saat menulis siapa saja ekonom lulusan ITB: seharusnya ada nama Laks di tulisan saya itu.

BACA JUGA:Dahlan Iskan Harap Disway Group Bisa Jadi “Agama Baru”, Menpora Minta Dukung Program Olahraga dan Kepemudaan

BACA JUGA:Disway Gratis

Bedanya Laks sempat menikmati hasil perjuangan itu. Ia pernah menjabat anggota DPR dan jadi menteri BUMN. Erros tetap menjadi Erros.

Begitu besar peran Erros menyutradarai penampilan Megawati –sejak masih ditindas oleh Orde Baru. Tapi Erros langsung tersingkir saat Megawati terpilih sebagai wakil presiden.

"Ajudan'' istimewa Megawatilah yang disebut sebagai pemisahnya: Taufiq Kiemas –suami Megawati saat itu.

Akses Erros ke Mega langsung diputus. Mega, menurut buku itu, sadar akan situasi baru itu, tapi tidak bisa mengubahnya.

BACA JUGA:Disway Malang

BACA JUGA:Event Disway Mancing 2024, Wartawan TVRI Raih Juara 1

Padahal sebelum itu Mega selalu konsultasi dengan Erros. Dalam komunikasi itu nama Erros disamarkan dengan kode Si Kumis –agar tidak diendus intelijen penguasa. Yang dimaksud Si Kumis tentu Erros meskipun Slamet Umar juga berkumis yang sangat mirip.

Tidak hanya Erros dan Laks yang tersisih dari dunia baru Megawati. Pun Kwik Kian Gie. Kabinet Presiden Megawati, tulis Laks, justru dipercayakan pada kelompok "Mafia Berkeley-nya Orde Baru" –yang dulu memusuhi mereka.

Erros memperjuangkan awal kebangkitan Megawati juga lewat media. Dan sekali menjadi orang media, Erros juga luar biasa: mendirikan tabloid Detik. Khusus membahas politik –justru di saat bicara politik masih sensi. Ia berani melawan arus. Sukses besar. Oplahnya terbesar. Lalu dibredel bersama TEMPO dan Editor.

Di kemudian hari, nama Detik dipakai untuk Detik.com. Yakni ketika mantan pemimpin redaksi tabloid Detik Budiono, mendirikan Detik.com. Sukses. Pun secara finansial. Ketika nama Detik.com sudah sangat besar Budiono menjualnya ke grup Chairul Tanjung. Tetap terbesar. Pun secara komersial.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan