Joget Kebenaran

ILUSTRASI Meruwat DPR: Krisis Representasi Politik.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Untuk membiayai pembangunan daerah harus lewat pungutan rakyat. Menderitanya sudah pasti, hasil pembangunannya belum pasti.
Rakyat sudah pasti keluar uang, rakyat belum pasti menikmati hasil pembangunan dari uang itu. Apalagi kalau hasil kenaikan pajak itu hanya habis untuk membiayai kunjungan kerja. Itulah yang bisa diibaratkan kejengkelan rakyat sudah hamil tua.
Begitu tahu ada keadaan hamil tua, seharusnya segera disiapkan dokter kebidanannya: agar kehamilan itu bisa melahirkan bayi secara normal. Kalau pun harus operasi sudah ada dokter yang akan melakukan kelahiran sesar dengan selamat.
Mungkin joget-joget membuat orang kurang peka: apakah ada yang lagi hamil tua di masyarakatnya.
Maka hamil tua kemarin itu akhirnya melahirkan bleeding yang parah di hari Jumat.
BACA JUGA:Disway Gratis
Kebenaran baru'' akan kian menjadi bagian hidup di zaman medsos. Ke depan akan kian seru. Misalnya, siapa saja yang joget-joget di DPR itu. Mereka akan di-profiling satu per satu di medsos. Akan dibuat ''kebenaran baru'' berikutnya.
Padahal apa salahnya joget-joget? Bukankah acara sidangnya sudah selesai? Bukankah yang joget itu jiwanya lebih rileks? Badannya lebih sehat? Apakah yang tidak joget hatinya lebih punya empati pada rakyat yang lagi menderita?
Yang salah adalah kenyataan: ekonomi lagi sulit, pajak lagi naik, dan yang joget itu tunjangannya lagi ditambah-tambah.
Ditemukan: anggota DPR membela diri, kenaikan tunjangan itu dikaitkan dengan penderitaan perjalanannyi yang macet ke arah gedung DPR.
Ditemukan: rakyat menyiasati kemacetan itu dengan cara rela berjejal naik KRL.
BACA JUGA:Disway Malang
BACA JUGA:Event Disway Mancing 2024, Wartawan TVRI Raih Juara 1
Itu juga dua kebenaran. Tanpa perlu digabung menjadi satu ''kebenaran baru'' pun tetap kebenaran.