Tanpa Korlap

Ilustrasi media sosial kini menjadi "korlap" demo.-Dibuat dengan AI-
BACA JUGA:260 Disway
BACA JUGA:Disway Network dan B Universe Jalin Kemitraan
"Mari rapatkan barisan. Mari kita kepung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah xxxx," begitu bunyi seruan.
Di bagian paling bawah ditulis nama-nama tagar yang masuk aliansi: #TolakRKUHAP#IndonesiaSoldout#DaruratPendidikan#PejabatberjogetRakyatmenjerit#TolakUUTNI#ReformasiPolri#LawanPengkhianatRakyat#LawanPembunuhRakyat.
Kebetulan contoh seruan yang dikirim ke saya itu untuk demo tanggal 1 September hari ini. Di satu ibu kota provinsi di luar Jawa.
Ketika menerima seruan seperti itu hati mereka tergerak. Mereka merasa senasib dengan dengan isi seruan.
Di zaman ini, kini, siapa saja bisa bikin seruan seperti itu. Si pembuat tahu: kejengkelan umum sudah seperti hamil tua. Maka komentar beberapa anggota DPR di seputar tunjangan kos anggota DPR jadi umpan yang lezat. Rumah Ahmad Sahroni, Uya Kuya, Eko Patrio, Nafa Urbach pun diserbu. Dirusak. Dijarah. Pun rumah Menkeu Sri Mulyani. Para pendemo juga ke rumah Ketua DPR Puan Maharani tapi gagal masuk pekarangan.
BACA JUGA:Disway Gratis
Alamat rumah-rumah anggota DPR beredar di medsos. Jam tangan mahal apa saja yang mereka miliki juga di-posting di medsos. Sekalian dengan harganya: ada yang sampai delapan miliar rupiah --satu alroji.
Di Surabaya agak aneh sendiri: sasarannya Gedung Grahadi, ''istana'' Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Bukan DPRD.
"Kenapa di Jatim sasarannya gubernur?" tanya saya ke seorang aktivis terkemuka.
"Tanya ke Muhammad Sholeh. Ia yang tahu," jawabnya.
Sholeh adalah aktivis kawakan Surabaya. Ia tokoh PRD –di akhir kekuasaan Presiden Soeharto: Partai Rakyat Demokratik. Sholeh lantas jadi pengacara. Sambil tetap merangkap sebagai aktivis.
BACA JUGA:Disway Malang