Hijrah Riba

Dahlan Iskan-Istimewa-

Sembilan bulan terakhir Hendra kembali ke Pontianak: agar dekat dengan ayah-bundanya yang sudah tua.

Tahun 2016 Hendra "hijrah"' –meninggalkan apa pun yang dilarang agama. Termasuk yang riba. Saat itu sebenarnya Hendra aman: tidak punya utang bank. Asetnya pun sudah Rp 500 miliar. Semua tidak lagi ia urus –konsentrasi memikirkan datangnya ''Hari Perhitungan'': apakah dosanya lebih besar dari pahalanya.

Hendra pun jatuh miskin.

Anaknya sudah 10 orang. Sebagian besar masih kecil-kecil. Hendra tidak lagi punya rumah. Perusahaannya sudah ia serahkan ke Allah. Ia tidur di rumah sewa. Kadang di masjid.

"Apakah waktu memutuskan akan hijrah istri Anda setuju? Istri diajak bicara?"

BACA JUGA:260 Disway

BACA JUGA:Disway Network dan B Universe Jalin Kemitraan

"Istri sangat setuju. Mendukung. Biar pun saya beri tahu risikonya akan hidup miskin," ujar Hendra.

"Apakah Anda tergabung dalam komunitas masyarakat tanpa riba (MTR)?"

"Tidak. Saya mandiri," katanya.

Pelan-pelan usahanya hidup lagi. Ekspornya jalan lagi. Semua dividen diserahkan ke satu lembaga yang ia bentuk: WGS –Win Global Solusitama.

Ekspor ladanya bangkit lagi. Lalu punya usaha Pomigor –pompa mini minyak goreng. Punya usaha konsultan –utamanya untuk orang-orang yang ingin bebas dari utang riba. Dan banyak lagi.

Membantu melunasi utang adalah kegiatan sosial utamanya. Uangnya diambilkan dari kas WGS. Orang yang utangnya dilunasi harus tunduk pada aturan WGS –melunasi utangnya ke WGS tanpa bunga. Orang itu dididik untuk punya usaha. Agar utangnya ke WGS bisa lunas.

BACA JUGA:Dahlan Iskan Harap Disway Group Bisa Jadi “Agama Baru”, Menpora Minta Dukung Program Olahraga dan Kepemudaan

BACA JUGA:Disway Gratis

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan