Panglima Merah

Wapres Gibran berpidato ketika mendatangi ulang tahun Panglima Jilah. -Disway-

BACA JUGA:Disway Malang

BACA JUGA:Event Disway Mancing 2024, Wartawan TVRI Raih Juara 1

Untuk ke Sambora Anda ikut yang ke arah Sintang itu. Sekitar 20 menit dari pertigaan itu Anda belok kiri. Ke jalan sempit. Sejauh lima kilometer. Rasanya jalan itu hanya bisa untuk lewat satu mobil. Tibalah Anda di desa Sambora.

Gibran tidak menyusuri jalan sempit itu. Ia naik helikopter dari Pontianak. Ada helipad tidak jauh dari rumah Panglima Jilah. Helipad permanen. Terbuat dari beton. Landasan heli itu terlihat belum terlalu lama dibangun.

Sebelum lari pagi Minggu kemarin saya baca berita lokal mengenai kedatangan Gibran ke rumah Panglima Jilah. Di situ Gibran meresmikan program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Ada juga acara penyerahan beasiswa ke pelajar Dayak yang berprestasi.

Lalu Gibran menerima kajian akademik dari Panglima Jilah: perlunya dibentuk kabupaten baru di lokasi itu. Panglima Jilah pun berpesan agar Gibran meneruskan apa yang dilakukan Presiden Jokowi.

Di situlah Gibran menegaskan: pembangunan IKN tetap diteruskan. Itu sebagai bentuk pemerataan pembangunan. Agar tidak Jawa-sentris. Jangan percaya pada omongan bahwa IKN dihentikan. Pembangunan IKN jalan terus.

BACA JUGA:260 Disway

BACA JUGA:Disway Network dan B Universe Jalin Kemitraan

Setelah membaca itu saya bergegas ke komplek kantor bupati Kubu Raya. Sudah padat. Sudah sulit masuk lokasi. Manusia tumpah ruah. Berdesakan. Saya harus menyibak barisan manusia. Saya ingat seperti waktu tawaf saja.

Ini acara besar pertama di masa bupati baru Kubu Raya: Sujiwo. Ia orang Jawa. Wakilnya, Sukiryanto, orang Madura. Jawa-Madura terpilih dengan suara telak di Kubu Raya, Kalbar.

Inilah bupati yang amat merakyat. Ia memang anak transmigran miskin. Hebat. Berhasil jadi bupati.

Ayahnya, sebenarnya tentara. Pangkatnya sersan mayor. Tapi miskin. Sampai pensiun tidak punya rumah. Tugas terakhir sang ayah di Medan. Sujiwo pun lahir di Medan.

Begitu pensiun sang ayah kembali ke Wonogiri. Tidak punya rumah di Wonogiri. Lalu pindah ke Solo. Cari rumah kontrakan. Akhirnya ikut transmigrasi Angkatan Darat (Transad) ke Rasau, Kalbar. Sujiwo, yang ketika itu umur 10 tahun, ikut bertransmigrasi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan