Nilai Prabowo

Ilustrasi menteri-menteri ke rumah Jokowi. -Foto: Disway-Gus munir

Prabowo pasti sudah berhitung: tidak ada untungnya meninggalkan Jokowi. Ruginya lebih besar daripada keuntungan menggandeng Megawati.

Pertemuan dengan Megawati harus ditafsirkan bahwa ''mengurangi musuh akan lebih baik'' –apalagi kalau itu tanpa mengurangi ''sejawat''.

Masyarakat juga perlu diberi gambaran bahwa Presiden Prabowo tidak bermusuhan dengan siapa pun.

BACA JUGA:Oppo Resmi Luncurkan Oppo Watch X2 Mini, Smartwatch Kompak dengan Fitur Canggih

BACA JUGA:Mohamed Salah Resmi Perpanjang Kontrak Bersama Liverpool Hingga 2027

Terlalu banyak kesulitan negara yang akan bertambah sulit dengan permusuhan antarelite. Ditambah kita pun baru saja terkena prank terbesar abad ini: maju-mundurnya Presiden Donald Trump dengan langkah tarif bea masuknya.

Sampai-sampai Presiden Prabowo sempat menegaskan: akhiri era kuota-kuota dalam impor. Jangan ada lagi kuota. Bebaskan impor.

Maksudnya: agar Amerika senang. Agar perlakuan tarif untuk barang Indonesia yang masuk ke Amerika jangan dikenakan tarif 32 persen.

Juga soal TKDN –Tingkat Komponen Dalam Negeri. Untuk apa TKDN. "Bikinlah yang fleksibel," ujar Presiden Prabowo.

BACA JUGA:Kalahkan Afganistan, Indonesia Raih Hasil Sempurna

BACA JUGA:Titiek Puspa Dimakamkan Dekat dengan Pusaran Bung Hatta

Negara seperti Amerika memang mengeluhkan proyek-proyek yang dibangun di Indonesia: komponen dalam negerinya harus sampai 40 persen. Negara-negara maju pasti punya mau: jangan ada TKDN.

Kalau TKDN dihapus, yang bertepuk tangan bukan hanya Amerika. Yang bersorak justru Tiongkok.

Kewajiban TKDN membuat nilai proyek lebih mahal. Kalau semua barang bisa didatangkan dari Tiongkok nilai proyeknya bisa lebih murah.

Tujuan TKDN, Anda sudah tahu, untuk melindungi industri dalam negeri. Tanpa TKDN industri dalam negeri tidak kuat bersaing.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan