Bisnis Ilmu

Dahlan Iskan bersama Nurpuji. -Foto: Disway-Gus munir
Kelemahan'' orang seperti mereka: terlalu sibuk. Prof Nurpuji tidak punya waktu mengurus izin-izin di birokrasi agar kapsul albumin itu meningkat statusnya menjadi vito farmaka. Purwati tidak punya waktu urus birokrasi pendidikan sehingga telat sekali jadi profesor.
Saya ke Makassar juga untuk ke makam almarhum Alwi Hamu. Ia 30 tahun bersama saya mengembangkan grup Jawa Pos. Di makam itu saya minta maaf: waktu ia meninggal dua bulan lalu saya tidak bisa ikut melayat. Waktu itu saya diwakili Faisal Hamdan, direktur Disway Sulsel. Salah satu putra Pak Alwi Hamu, Subhan, memang pilih mengembangkan Disway di Sulsel.
Dari makam keluarga milik mantan Wapres HM Jusuf Kalla itu saya ke kampus Tamalanrea. Prof Nurpuji sudah menunggu di lantai lima salah satu rumah sakit milik Unhas yang amat sibuk. Saking sibuknya saya pilih turun dari lantai lima lewat tangga. Sekaligus berolahraga tambahan sebelum berbuka puasa.
BACA JUGA:Kapolri minta kasus Firli diselesaikan
BACA JUGA:Hujan Hambat Pembanguan Tol Kayuagung
"Dari 19 paten itu mana yang Prof paling banggakan?"
"Yang Albumin," jawab Prof Nurpuji.
"Nur Puji atau Nurpuji?"
"Nurpuji. Disambung".
"Seperti nama orang Jawa...."
"Ibu saya Jawa".
Ayah Nurpuji-lah yang Makassar. Tentara. Terakhir berpangkat Letkol. Pindah-pindah tugas. Saat berdinas di Jawa dapat jodoh wanita Jawa.
Sejak lahir sampai S-1 Nurpuji di Makassar. Lalu mendapatkan gelar master di universitas di North Carolina, Amerika. Nurpuji lantas kembali ke Unhas untuk S-3.
BACA JUGA:Gubernur Sumsel Ajak Bersinergi untuk Membangun Daerah
BACA JUGA:Pria Ditemukan Tergantung di Rumahnya