Daging Mentah

Daging Mentah-Photo istimewa-Gus munir

Di resto itu saya melihat banyak wanita berkerudung putih. Juga berbayu seperti abaya sewarna.

BACA JUGA:5 Ide OOTD Hijab dengan Topi Bucket, Biar Makin Stylish dan Kece

BACA JUGA:Resep Roti Isi Cokelat Tanpa Oven Jadi Menu Sahur Praktis, Lezat, dan Bergizi

"Kenapa banyak wanita pakai jilbab?"

"Ini kan hari Minggu. Mereka baru pulang dari gereja," ujar teman di Arba Minch yang menemani saya.

Begitulah di Ethiopia. Wanita Kristennya juga berkerudung dan berabaya. Khususnya kalau ke gereja. Lalu saya perhatikan lehernyi: ada kalung salib. Kerudung, abaya, salib. Jadi pandangan paradok bagi saya yang dari Indonesia.

Salah satu wanita itu ternyata kenal baik dengan teman saya. Ketika kami datang ke mejanyi, dia dan keluarganya sedang makan. Si wanita menyuapkan makanan ke mulut teman. Dengan tangannyi. Lalu menyuapkan makanan serupa ke mulut saya. Itulah tanda keakraban berteman.

Saya kunyah pelan-pelan makanan itu: ingin tahu rasanya. Juga ingin tahu itu makanan apa. Ooohhhh... rasa daging mentah. Inilah yang dimaksud Bu Al.

BACA JUGA:Kalahkan Southampton, Salah Catat Sejarah Liverpool

BACA JUGA:Manchester City Incar Kiper Termahal Asia

Daging mentahnya tidak terlihat. Dibungkus dengan cuilan "tortila" Ethiopia. "Tortila"-nya digulung. Bukan dibiarkan dalam bentuk lembaran.

"Tortila" Afrika itu bukan dibuat dari tepung gandum. Itu terbuat dari tepung eff. Yakni tanaman seperti untaian padi. Hanya gabahnya sangat kecil. Besaran berasnya sekecil menir. Eff sendiri artinya "hilang". Saking kecilnya. Saat panen bijinya gampang hilang.

Kami pun meninggalkan meja wanita itu. Meja kami sedang dipersiapkan. Restorannya penuh padat. Kami harus menunggu sesaat.

Setelah dapat meja, saya ditanya: makan apa. Saya minta daging bakar seperti di resto Ortodok di Makelle. Tidak ingin yang daging mentah.

BACA JUGA:10 Film Islami di Netflix untuk Menemani Ramadhan

Tag
Share