Puasa Dinas
Ilustrasi larangan perjalanan dinas. -Foto: Disway-Gus munir
Oleh: Dahlan Iskan
Imbauan sama dengan omon-omon. Siapa yang punya hobi mengimbau berarti hanya mampu omong kosong.
Seruan, tingkatnya lebih tinggi dari imbauan. Lebih serius. Tapi hakekatnya sama saja: tidak akan bisa membuat siapa pun berbuat sesuatu.
Saya pernah membuktikan itu. Mengimbau. Menyerukan. Agar perjalanan dinas dikurangi. Agar uang lebih dihemat. Jangan boros untuk sesuatu yang kurang perlu.
Hasilnya: nol. Tidak ada perubahan apa pun. Perjalanan dinas tetap tinggi. Anggaran perjalanan dinas tidak turun.
BACA JUGA:Ditipu Grup Online, Dimintai Tebusan Rp50 juta
BACA JUGA:Antisipasi Cuaca Ekstrem, KAI Siaga Alat Berat, Ini jumlahnya
Di bulan ketiga saya membuat keputusan drastis. Harus ada kejutan. Perubahan jarang diawali dari kesadaran. Harus dari pemaksaan sebuah aturan.
Kejutan yang saya umumkan saat itu: dua bulan ke depan tidak boleh ada perjalanan dinas sama sekali. Nol. Selama satu bulan penuh. Tanpa pengecualian. Tanpa dispensasi. Mulai dari komisaris dan direksi PLN sampai pegawai yang paling bawah.
Bulan tanpa perjalanan dinas itu kami namakan "Puasa Perjalanan Dinas". Karena itu harus satu bulan penuh. Dan tidak akan ada hari rayanya.
Tentu banyak yang ingin menawar. Saya tegaskan: tidak ada tawar menawar.
BACA JUGA:Tumpukan Sampah di TPA Terus Menggunung
BACA JUGA:Resep Kentang Goreng Crispy ala KFC
Seorang direktur PLN minta dispensasi ke Vietnam. Alasannya: ada konferensi perusahaan listrik negara se-Asia Tenggara. Ia akan jadi salah satu pembicaranya. Indonesia (PLN) adalah salah satu pendiri organisasi itu. Tidak baik kalau absen.