Sekolah Duduk
Dahlan Iskan-Photo ist-Ist
BACA JUGA:Tarik Wisatawan ke Danau Ranau, Disbudpar OKU Selatan Bakal Buka Cafe
Tuan Guru Sekumpul sendiri diakui sebagai ulama terbesar di Kalsel. Dipercaya sebagai Wali. Muhibin juga percaya Tuan Guru sering didatangi Nabi Muhammad.
Masuklah resto masakan lokal di Kalsel: selalu ada foto besar beliau. Bahkan di beberapa toko atau resto milik orang Tionghoa. Pun sampai di Kaltim dan Kalteng.
Beda dengan Sang Ayah dua anak Tuan Guru tidak pernah sekolah ke Makkah. Sekolah formal di Kalsel pun tidak. "Beliau berdua Sekolah Duduk," ujar sahabat Disway di sana.
Sekolah Duduk adalah istilah setempat untuk semacam ''home schooling'. Guru yang didatangkan ke rumah. Guru apa pun. Lalu ikut ujian persamaan. Sampai tingkat Aliyah –setara SMA.
Seperti juga sang Ayah, dua anak ini tidak pernah tampil. Tidak mau tampil. Pun tidak mau berurusan dengan politik. Keduanya meneruskan tradisi keulamaan yang diwariskan turun-temurun.
BACA JUGA:Petani Resak, Buah Pisang Mereka Digasak Pencuri
BACA JUGA:Tips Menghindari Bibir Kering dari Pemakaian Matte Lipstick
Besok malam itu, acaranya dimulai dari salat Magrib. Dilanjutkan pembacaan maulid. Lantas manakib. Lalu, setelah salat isya, dilakukan tahlil. Selesai.
Haulnya hanya satu hari itu. Bahwa ada haul di hari-hari lain itu tidak ada hubungan dengan keluarga. Tahun lalu, gubernur Kalsel juga mengadakan haul, lalu justru dapat penilaian negatif: dianggap memolitisasi Tuan Guru.
Begitu banyak yang berharap berkah dari Tuan Guru Sekumpul. Mereka percaya doa-doa akan terkabul. Tentu bagi yang tidak lupa bekerja keras. (*)
BACA JUGA:Tips Atasi Anak Tidak Mau Makan Nasi