Uni Eropa Alokasikan Rp180 Triliun untuk Proyek Satelit IRIS2

Ilustrasi satelit. -Foto Getty Images-Agrar

OKU EKSPRES - Pada 16 Desember 2024, Uni Eropa secara resmi menandatangani kontrak senilai €10,6 miliar (sekitar Rp180 triliun) dengan konsorsium SpaceRIDE untuk mengembangkan konstelasi satelit IRIS2. 

Proyek ambisius ini dirancang untuk membangun jaringan komunikasi yang aman dan tangguh, terdiri dari sekitar 290 satelit. Jaringan ini akan digunakan terutama untuk keperluan pemerintahan, tetapi juga direncanakan memiliki aplikasi komersial di masa depan.

Langkah ini merupakan bagian dari strategi Uni Eropa untuk memperkuat digitalnya, sekaligus memastikan ketersediaan komunikasi yang andal dalam berbagai situasi, termasuk menghadapi potensi ancaman. 

Dengan teknologi canggih yang direncanakan, IRIS2 akan mendukung kebutuhan komunikasi di wilayah yang sulit dijangkau dan meningkatkan kapasitas digital kawasan tersebut.

BACA JUGA:Kontroversi Hukum Baru Florida: Larangan Media Sosial untuk Anak di Bawah 14 Tahun

BACA JUGA:Sarung Tangan Inovatif SignAloud Karya Dua Mahasiswa, Ubah Bahasa Isyarat Jadi Kata-Kata

Di hari yang sama, China meluncurkan satelit pertama dalam proyek GuoWang menggunakan roket Long March-5B dari pelabuhan antariksa Wenchang. 

Proyek ini bertujuan menciptakan megakonstelasi yang terdiri dari sekitar 13.000 satelit guna menyediakan layanan internet broadband global. GuoWang merupakan upaya strategis China untuk mengembangkan layanan internet satelit yang juga mendukung kepentingan keamanan nasional.

Saat ini, SpaceX telah mengoperasikan hampir 7.000 satelit Starlink dan berencana memperluasnya hingga 42.000 satelit. Sebagai perbandingan, 

China menargetkan membangun konstelasi dengan 38.000 satelit, sementara Uni Eropa melalui IRIS2 akan mengorbitkan sekitar 300 satelit dengan fokus pada teknologi canggih dan cakupan luas.

BACA JUGA:Di Sela Turnamen Bola Voli, Ajak Masyarakat Jaga Kamtibmas

BACA JUGA:Warga Gotong Royong Tambal Jalan Berlubang

Langkah ambisius ini menunjukkan persaingan yang semakin ketat di sektor komunikasi berbasis satelit, sekaligus memperlihatkan peran penting teknologi ruang angkasa dalam geopolitik modern.

Tag
Share