Perusuh Bocor
Gathering Perusuh Disway. -Foto: Disway-Gus munir
Sampai keesokan harinya banyak yang tidak tahu kalau Indonesia kalah. Mereka sudah "tewas" ketika posisi masih 0-0.
Dokter Sandra Widjajahakim dan suami berada di kamar depan. Nicky dan Dewi di kamar samping. Rani di kamar belakang. Selebihnya di ruang keluarga.
Nicky dan Dewi harus ikut bermalam di situ: besok paginya mereka yang jadi pelatih senam di halaman tengah. Yakni di dekat "lorong bambu" yang panjang.
BACA JUGA:Lakukan Penyuluhan dan Sosialisasi ke Masyarakat Cegah Penyalahgunaan Narkoba
BACA JUGA:Warga Mengeluh Pemadaman Listrik Hampir Setiap Hari
Suami dokter, Hady Marzuki, pilih tidak ikut senam. Sejak dari Jakarta ia membawa alat pruning.
Ia pilih keliling kebun memotongi ranting-ranting jambu putih, juwet putih, rambutan binjai, kelengkeng merah, jeruk Bali, dan banyak lagi.
Siangnya saya lihat banyak kulit rambutan berserakan —tanpa saya menuduhnya melakukan pruning sekalian merasakan rambutannya.
Malam itu saya sendiri, bersama istri, tidur di rumah tipe desa di seberang jauh rumah bambu.
BACA JUGA:Gisel Berencana Rayakan Libur Natal Bersama Gempita dan Gading
BACA JUGA:Nikita Willy Lahirkan Anak Kedua Melalui Metode Water Birth
Sebenarnya saya menginginkan hidup berdua di rumah bambu itu. Istri tidak mau. Dia takut rumahnya roboh ditiup angin. Dia pilih di rumah lama, rumah asli desa ini.
Istri saya juga tidak ikut senam. Ia sibuk di dapur. Dapurnya di bagian belakang kolong Rumah Manado.
Di depan dapur itu kolong rumahnya terbuka. Ada tiga meja besar nan panjang. Tempat duduknya dingklik kayu.
Tiga-tiganya, pagi-pagi, sudah penuh dengan makanan.