Medali Debat
Bersama para orang tua dan peserta yang mengikuti The World Scholar’s Cup Tournament of Champions. -Foto: Disway-Gus munir
Tahun ini sekitar 1.600 remaja datang ke Yale University. Mereka terbagi dalam dua tingkatan. Yunior (SMP) dan senior (SMA). Mereka mengikuti The World Scholar’s Cup Tournament of Champions.
Dari 1.600 itu rasanya ada sekitar 100 dari Indonesia. Saya lihat ada yang dari SMA Aman (d/h Newmont) di Sumbawa barat daya. Ada juga dari SMP dan SMA Cikal (Cinta Keluarga) milik Najelaa Shihab dkk. Baik Cikal Jakarta maupun Surabaya. Ada dari sekolah Mentari Jakarta. Dari sekolah-sekolah Tionghoa Indonesia.
Saya hanya bertemu satu grup yang dari sekolah negeri: SMAN 5 Surabaya. Saya bertemu orang tua mereka. Jaket Persebaya yang saya pakai membuat mereka langsung mengenal siapa si pemakainya.
BACA JUGA:Amanda Manopo Pilih Perawatan Natural untuk Kulit Awet Muda
BACA JUGA:Shin Tae-yong Beberkan Alasan Tak Mainkan Eliano Reijnders
Grup tiga-remaja-beda-ras itu sendiri terbentuk dadakan. Tidak berteman sebelumnya. Mereka baru bertemu langsung di kampus Yale kemarin. Baru beberapa menit sebelum acara daftar ulang.
Adeline putri Jennifer yang dari Congo. Ally putri Natalie, seorang Tionghoa dari Jakarta. Si Ndet adalah buyutnya mbah Iskan dari SMP 5 Muhammadiyah Surabaya.
Tentu ketiganya sudah saling telepon beberapa hari sebelumnya, tapi baru di arena kompetisi bisa baku dapa.
Remaja dari segala ras dunia ada di kompetisi itu: putih, hitam, kuning, coklat, agak hitam, agak kuning, agak coklat...
BACA JUGA:Salah Digoda Barcelona dan Klub Arab Saudi.
BACA JUGA:Lezat dan Mudah, Resep Udang Saus Mentega yang Bikin Ketagihan
Tahun lalu si Ndet sudah ikut kompetisi di sini. Dia berhasil meraih medali emas. Beberapa bulan lalu dia juga meraih empat medali emas di lomba debat serupa tingkat Asia di Korea Selatan.
"Tapi nilai akademik saya payah...," gurau si Ndet kepada kakeknyi.
Orang tua dari negara mana pun terlihat sama. Membiarkan anak cucu mereka independen. Bergaul sesama remaja. Tidak ada anak di situ yang terlihat terus menggelayut di tangan ibu bapaknya.
Kami pun, para orang tua, ngrumpi sendiri. Termasuk ayah dan ibunya si Ndet yang saya pasti mengenalnya.