Titik Pulang

Minggu 10 Nov 2024 - 20:33 WIB
Reporter : Gus Munir
Editor : Eris Munandar

"Jangan pulang agar Indonesia tidak kehilangan kekayaan network".

"Untuk apa pulang kalau hanya jadi sekrup mesin di dalam negeri".

"Jadilah mesin di luar negeri daripada jadi sekrup di dalam negeri".

"Pulanglah setelah jadi mesin. Seperti Stella Christie itu –meski saya waswas apakah mesinnya tidak akan tabrakan dengan mesin lain yang lebih besar. Jangan pulang ketika masih sekrup".

BACA JUGA:Remaja Siswa SMK di OKU Timur Tewas Kecelakaan

BACA JUGA:Longsor AKibatkan Sawah Tertimbun, Jalan Putus Total

"Nasionalisme itu tidak sesempit selangkangan. Tidak hanya seluas Sabang-Merauke. Nasionalisme itu bisa seluas alam raya. Nasionalisme itu ada di dalam hati. Di mana pun hati itu berada".

Anda bisa menduga siapa yang mengatakan semua itu –dalam diskusi diaspora di kantor Konsulat Jenderal Indonesia di San Francisco Selasa sore lalu.

Kang Deden (Mahmudin Nur Al-Gozaly) yang menjadi moderator. Pak Konjen Prasetyo Hadi yang membuka.

Ketika nama itu diumumkan Presiden Prabowo sebagai menteri sekretaris negara banyak ucapan selamat kepadanya. Namanya persis sama: sama-sama Prasetyo Hadi.

BACA JUGA:Diduga Aksi Boikot dan Pandemi, KFC Indonesia Merugi Rp 557 Miliar, Tutup 47 Gerai

BACA JUGA:Tidak Hanya Lezat, Ini 5 Manfaat Jamur Tiram untuk Kesehatan Anda

Ada tiga orang di ruang itu yang bekerja di Apple. Bukan kaleng-kaleng. Ada juga yang di perusahaan lain. Saya tidak tahu siapa saja yang ikut secara online.

Peserta diskusi seperti Victor setuju dengan definisi nasionalisme seperti itu. Ia orang Kalbar. SMA masih di Pontianak. Lalu kuliah computer science di Melbourne, Australia.

Ia pemberani. Berani keluar dari Apple. Bulan lalu. Ia bergabung ke perusahaan startup.

Partner Victor ingin menambah satu tenaga kerja di Amerika. Victor mengusulkan lebih baik angkat empat orang di Indonesia. Biar mereka kerja dari Indonesia.

Kategori :