Di rumah Kamala Harris kami bertemu wartawati harian Los Angeles Times. Kami diwawancarai mengapa ke situ. Mel yang kami sodorkan untuk diwawancarai. Dia punya rumah tidak jauh dari rumah Kamala. Anggap saja wawancara dengan tetangga tokoh.
Mel seorang wanita Indonesia. Sudah 12 tahun di Oakland. Dia bekerja di perusahaan IT. Dia lahir di Balikpapan, di kilometer lima. Ayahnyi Bugis, ibunyi Banyuwangi. Sampai lulus madrasah Aliyah Mel masih di Balikpapan.
BACA JUGA:Temukan Ratusan Surat Suara Rusak
BACA JUGA:Tingkatkan Kapasitas dan Profesionalisme, Gelar Pelatihan Tata Kelola Destinasi Wisata
Dengan adanya Mel di Oakland mudah bagi kami mencari di mana rumah masa kecil Kamala. Dia mungil. Lincah. Cekatan. Anaknyi satu dari almarhum suaminyi yang orang Amerika kulit putih. Dari suami yang sekarang, bule asal Belgia, tidak punya anak.
Rumah Kamala itu kini jadi sekolah: Berkeley International Montessori School. Khusus untuk balita sebelum bisa masuk taman kanak-kanak.
Kami pun bertemu wanita kulit putih yang lewat di situ: Nina Parker. Lebih tua dari umur saya. "Saya tinggal di situ. Tiga blok dari sini," kata Nina.
Meski bertetangga, Nina awalnya tidak tahu kalau ini rumah masa kecil Kamala. Dia baru tahu empat tahun lalu.
BACA JUGA:Timnas Indonesia Berada di Grup Neraka Piala Asia U-20 2025
BACA JUGA:Carlo Ancelotti Terancam Dipecat Digantikan Xabi Alonso
"Malam itu tiba-tiba ada karnaval di jalan ini. Saya pun melihatnya. Ada apa. Ternyata itu karnaval untuk kemenangan Kamala sebagai wakil presiden," ujar Nina. Dari karnaval itulah dia baru tahu siapa pemilik rumah tersebut.
Sebenarnya saya menunggu karnaval yang lebih besar kemarin malam. Sambil menunggu karnaval itu, kami makan dulu di Yuet Lee di San Francisco.
"Harus makan di situ," pesan cucunya Pak Iskan kepada Ari Sufiati yang jadi pimpinan rombongan kami.
Toh resto itu hanya setengah jam dari rumah Kamala.
BACA JUGA:Comeback Full Team BTS Dirumorkan Mundur ke 2026
BACA JUGA:Shin Tae-yong Kolaborasi dengan Raffi Hamad Dirikan STY Foundation