Prof Djodji Anwar menunduk. Wajahnya berubah. Terlihat sedih. Beberapa saat tidak berkata-kata.
"Zero," katanya lirih. "Saya ingin sekali mendidik mahasiswa asal Indonesia," tambahnya.
BACA JUGA:Jarang Dipakai Madrid, City Siap Beli Rodrygo Rp 2,5 Triliun
BACA JUGA:Peforma Buruk, Enzo Fernandez Dirumorkan Bakal Dijual Chelsea
Ia pun emosional. "Kenapa ya tidak ada mahasiswa Indonesia di sini. Kenapa Indonesia tidak punya pengolahan bahan baku besi-baja," katanya. "Di sini mahasiswa saja bisa bikin besi. Kok Indonesia tidak bisa," tambahnya.
Djodji Anwar ternyata anak wartawan. Ayahnya, Anwar Rawi, adalah wartawan kantor berita Antara. Ditempatkan di Hong Kong. Yakni saat Adam Malik masih jadi pimpinan Antara pusat.
Di Hong Kong sang ayah bertemu gadis Korea yang pintar. Sang gadis bisa tujuh bahasa: Korea, Inggris, Belanda, Kanton, Mandarin, Jepang, dan Prancis. Juga bahasa Indonesia.
Mereka pun kawin antar bangsa. Punya dua anak, yang bungsu diberi nama Djodji Anwar.
BACA JUGA:Wah, Dana PSB Guru Honor Belum Cair
BACA JUGA:Gedung PLN UID S2JB Palembang Terbakar
Dari Hong Kong sang ayah dipindah ke Singapura. Ketika Adam Malik menjabat menteri luar negeri, Anwar Rawi ditawari jadi duta besar di Australia. Anwar menolak. Ia minta ditempatkan di Amerika --meski pun bukan sebagai dubes.
Ia mau biar pun hanya jadi staf biasa. Anwar Rawi ingin dua anaknya sekolah di Amerika. Akhirnya Adam Malik setuju: menugaskannya sebagai staf lokal di konsulat Indonesia di San Francisco. Saat itu usia Djodji Anwar 10 tahun.
Sang ayah memang sekampung dengan Adam Malik --terakhir menjabat wakil presiden Indonesia: dari Medan.
Prof Djodji Anwar terharu mengenang bapaknya: menolak jabatan jadi duta besar demi anaknya bisa sekolah di Amerika.
BACA JUGA:Ekonomi di Sumsel Tumbuh 5,04%, Tertingggi ke Tiga di Sumatera
BACA JUGA:10 Manfaatnya Konsumsi Jus Timun untuk Kesehatan Tubuh Anda