Di meja makan bundar itu beberapa anak muda dari Warung Kopi ikut makan. Salah satunya asli Medan. Umur 30 tahun. Masih jomblo. Sukunya Chaozhou (Tiucu).
Namanya: Stenley.
Setelah tamat SMA Methodis 3 Medan Stenly kuliah di Xiamen. Itulah SMA terbaik setelah SMA Dr Sutomo di Medah. Di antara SMA Methodis sendiri yang Nomor 3 ini yang terbaik. Ada 11 SMA Methodis di Medan.
BACA JUGA:Mantan Camat IT II Diperiksa Kejati Sumsel
BACA JUGA:Tertipu Jual Akun Game, Pitri Kehilangan Belasan Juta Rupiah
Setelah lulus S-1 Stanley diterima bekerja di perusahaan Xiamen yang punya banyak usaha di Indonesia: CND Xiamen. Ini grup besar. Termasuk pemegang saham Xiamen Airlines.
Di perusahaan itu Stantey banyak menerjemahkan dokumen ke dalam bahasa Mandarin. Dokumen-dokumen itu umumnya terkait dengan peraturan dan hukum. Maka ia ambil keputusan: ambil S-2 di bidang hukum. Juga di Universitas Xiamen.
Di situ Stenley jadi satu-satunya mahasiswa S-2 hukum dari Indonesia. Tesis S-2 nya ia tulis dalam bahasa Mandarin. Sebanyak 60 halaman. Yang ia bahas: hukum bilateral Indonesia-Tiongkok.
Stanley menjadi orang langka: paham hukum Indonesia dan hukum Tiongkok.
BACA JUGA:Mengapa Generasi Muda Lebih Memilih AI untuk Curhat? Ini Penjelasannya!
BACA JUGA:Bocoran Spesifikasi Xiaomi Pad 7 Series
Di meja bundar itu ada juga anak Madura. Dari Kraksaan. Alumni pesatren Nurul Jadid, Probolinggo --adik kelas Novi Basuki. Saya akan tulis khusus tentang anak ini lain kali.
Ada lagi dari Medan. Awalnya ia juga hanya menemani keluarga yang ingin belajar Mandarin. Sekalian menghindar dari kerusuhan 1998.
Ia dari keluarga pemilik pabrik pancing terbesar di Indonesia. Namanya: Hugo Charly.
Kini Hugo menetap di Quanzhou. Juga mendirikan pabrik pancing di sana --bisa ekspor ke Eropa.
BACA JUGA:BYD Baru Saja Rilis Gambar Resmi Denza N9