Tiga Lima

Senin 07 Oct 2024 - 20:57 WIB
Reporter : Gus Munir
Editor : Eris Munandar

Salah satu publikasi Ningrum mengikuti temuan sang mentor. Yaitu bagaimana menggunakan big data untuk memprediksi penyakit apa yang akan berkembang di masyarakat setahun di depan.

 Big data itu berupa riwayat penyakit dan konsumsi obat pasien selama tiga tahun terakhir.

Fokus saat itu terutama untuk penyakit seperti kanker. Dengan artificial intelligent bisa dilakukan pencegahan. 

Juga bisa dilakukan deteksi dini. Dengan demikian terapinya optimal dan kesuksesan pengobatannya tinggi.

BACA JUGA:MANFAAT DAUN UNGU BAGI KESEHATAN

BACA JUGA:Demi Memajukan Desa, Rela Hibahkan Tanah untuk Bangun Jalan

Di samping nyantrik di tokoh ilmuwan dunia Ningrum juga bergabung ke global burden disease collaborator. Itu dikelola oleh IHME Washington University, Amerika Serikat.

Di situ bergabung lebih dari 600 peneliti dari seluruh dunia. Terbanyak dari Tiongkok dan India. Yang dari Indonesia ada Ningrum.

Maka Ningrum pun, seperti Prof Dr Hermawan dari ITB, menganjurkan para peneliti untuk mengikuti jalan Ningrum.

Dina lama sekali di Taiwan: 7,5 tahun. Ketika berangkat tiga orang (dia, suami, dan satu anak). Ketika pulang lima orang. Dua anaknya lahir di sana.

BACA JUGA:Jelang Pilkada, Rutin Kunjungi Dusun dan Talang

BACA JUGA:Pendaftar Calon KPPS Lampaui Target

Saya pun mencoba mengirimi Ningrum WA dalam bahasa Mandarin. "Itu dia," jawabnya. "Begitu lama di Taiwan gagal belajar bahasa Mandarin," tambahnya.

Itu karena kampusnya full menggunakan bahasa Inggris. Bahkan Taiwan mendorong mahasiswa lokalnya untuk lebih berbahasa Inggris.

Ningrum hanya bisa bahasa setempat untuk belanja di pasar. Dia tidak pernah kesulitan untuk belanja yang tidak mengandung minyak babi. 

"Masyarakat di sini sangat menghormati pilihan orang. Juga sangat membantu. Sikap masyarakatnya sangat Islami. Hanya tidak bersyahadat," ujar Ningrum.

Kategori :