BATURAJA – Harga Tandan Buah Sawit (TBS) di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, masih menunjukkan ketidakstabilan meski berada dalam masa panen.
Hal ini dirasakan oleh banyak petani, termasuk Herman, seorang petani sawit dari Kecamatan Lengkiti.
Herman mengungkapkan bahwa saat ini harga sawit yang diterima petani berkisar antara Rp2200 hingga Rp2600 per kilogram. Angka ini sedikit lebih baik dibandingkan beberapa waktu lalu, di mana harga sempat berada di kisaran Rp2000 per kilogram.
"Harga saat ini memang belum stabil, apalagi karena kami masih menjual hasil panen melalui pengepul dengan harga sekitar Rp2300 per kilogram. Namun, jika langsung ke pabrik, harganya bisa mencapai Rp2600," ujar Herman.
BACA JUGA:Pasangan Muchendi -Supriyanto Janji Dengarkan Keluhan Rakyat hingga Perbaiki Jalan Rusak
BACA JUGA:Target Beri Kesan Mendalam Dalam Peringatan HAN ke-40
Meskipun demikian, Herman mengakui bahwa kenaikan harga ini sudah cukup menguntungkan dibandingkan sebelumnya, di mana harga sempat terjun ke angka Rp1850 hingga Rp2000 per kilogram.
Namun, ia juga mencatat bahwa harga sawit saat ini masih jauh dari puncaknya yang pernah mencapai Rp3900 per kilogram pada tahun 2022.
"Saat itu, harga sawit mencapai Rp3900 per kilogram, dan itu adalah masa yang sangat menguntungkan bagi kami petani. Sayangnya, saat ini harganya belum kembali ke level tersebut," tambahnya.
Herman menambahkan bahwa usaha perkebunan sawit masih menjadi pilihan utama bagi banyak petani di wilayah ini, mengingat meskipun harga tidak stabil, hasil penjualan sawit masih memberikan keuntungan yang layak.
BACA JUGA:AYO ! Ikuti Lomba Gaple OKU Ekpres Bertabur Hadiah Mulai Telivisi hingga Perabotan Rumahtangga
BACA JUGA:Daftar ke KPU Diantar Ribuan Pendukung, Teddy-Marjito Siap Wakafkan Hidupnya untuk Masyarakat OKU
Namun, ia berharap adanya intervensi dari pemerintah untuk menetapkan harga yang lebih stabil dan adil bagi petani.
"Kami berharap pemerintah dapat memberikan ketentuan harga yang lebih baik, sehingga ke depan harga tandan buah sawit bisa kembali stabil dan menguntungkan bagi kami para petani," harap Herman. (*)
BACA JUGA:Seribu Zaytun