Oleh: Dahlan Iskan
YANG paling membuat Joe Biden lempar handuk adalah: tidak banyak lagi yang mau menyumbang untuk kampanyenya.
Sejak kalah debat capres lawan Donald Trump lalu, seruan agar Biden undur diri memang meluas.
Awalnya Biden bersikeras tetap nyapres. Tapi arus dana masuk turun drastis. Tanpa dana yang cukup tidak mungkin bisa menang.
Waktu terlalu mepet bagi siapa pun untuk menggantikan Biden. Pilpresnya tinggal tiga bulan lagi. Maka tidak ada pilihan lain bagi Demokrat kecuali memajukan Wakil Presiden Kamala Harris sebagai capres.
BACA JUGA:Cegah Polio, 60 Pelajar SD di Baturaja Diberi Imunisasi
BACA JUGA:Musnahkan Barang Bukti 68 Perkara Tindak Pidana
Sebenarnya ada tokoh Demokrat yang bisa mengalahkan Trump dengan lebih mudah: Michelle Obama. Istri Presiden Barack Obama.
Publik Amerika tahu kualitas Michelle. Juga menyukainya. Tidak kalah hebat dengan Obama. Tapi Michelle tidak mau. Atau belum mau.
Dukungan untuk Kamala Harris pun terus mengalir. Nama-nama yang selama ini disebut sebagai pengganti Biden sudah mendukung Harris.
Bagi Demokrat kesadaran bahwa kali ini capresnya akan kalah sudah muncul. Maka fokus mereka saat ini seperti PDI-Perjuangan sebulan menjelang Pilpres: tidak lagi all out memenangkan Ganjar Pranowo tapi lebih fokus pada kemenangan para calon anggota legislatifnya. Saat itu mereka sudah tahu rating Ganjar-Mahfud terus menurun.
BACA JUGA:Cegah Kasus Penyakit Lumpuh Layu Akut, Luncurkan PIN Polio
BACA JUGA:Dorong Masyarakat Konsumsi Makanan Olahan Lokal
Maka fokus Demokrat Amerika juga lebih ke pemilihan anggota legislatif di sana. Capresnya boleh kalah. Seperti agak dilepas begitu saja. Namun, penguasaan atas DPR dan Senatnya harus lebih utama.
Trump lantas seperti di atas angin. Apalagi setelah peristiwa penembakan yang mengenai daun telinga kanannya itu. Popularitasnya berkibar-kibar: seperti pasti terpilih jadi presiden lagi.