Oleh: Dahlan Iskan
MESKI Kediri sudah punya bandara besar, saya dari Kediri harus balik dulu ke Surabaya untuk ke Jakarta. Rabu kemarin dulu. KPK memanggil saya Rabu itu pukul 14.00.
Pesawat dari Kediri langsung ke Jakarta, hari itu, adanya pukul 08.20. Padahal acara saya di Kediri baru dimulai pukul 09.00. Maka selesai acara saya buru-buru ke Juanda. Dapat pesawat pukul 14.00.
"Kemungkinan besar saya baru bisa sampai gedung KPK pukul 16.20,” kata saya pada staf di KPK.
BACA JUGA:Hadapi Swiss, Inggris Menanti Racikan Moncer Gareth Southgate
BACA JUGA:Ederson Resmi Gabung ke Al Nassr
Dari bandara Cengkareng saya langsung ke Kuningan. Tidak terjadi kemacetan yang berarti. Padahal pada jam seperti itu biasanya macet-macetnya Jakarta. Tepat pukul 16.30 saya tiba di KPK. Puluhan wartawan terlihat mencegat saya di depan gedung KPK.
Sudah sampai di lobi KPK pun saya masih mengira akan diperiksa soal korupsi di Perusahaan Gas Negara (PGN).
Saya pernah baca di media --bulan lalu? -- bahwa KPK menemukan kasus korupsi gas di PGN. Sudah menetapkan tersangkanya.
Maka sejak membaca berita itu saya sudah mengira: akan di panggil KPK lagi. Akan jadi saksi lagi. Apa boleh buat. Jabatan menteri ternyata hanya membuat bangga saat menjabat saja. Setelah itu urusannya masih panjang.
BACA JUGA:Erick Thohir Intruksikan Balas Australia Di Kualifikasi Piala Asia U-17
BACA JUGA:Pertandingan Spanyol Melawan Jerman Jadi Ajang Pembuktian Penguasa Eropa
Maka saya persiapkan ingatan saya soal PGN. Sudah begitu banyak yang lupa.
Waktu itu PGN akan menempatkan stasiun gasifikasi terapung di lepas pantai Belawan, Medan. Bentuknya kapal.
Kapal itu akan menerima kiriman gas cair (LNG) dari luar negeri. Lalu gas cair itu diubah menjadi gas biasa di dalam kapal tersebut.