Maraton Pilpres

Jumat 26 Apr 2024 - 21:47 WIB
Reporter : Gus Munir
Editor : Gus Munir

Tentu Pilpres bukanlah sebuah lomba maraton –meski lelahnya lebih hebat. Menjadi juara maraton merupakan kebanggaan personal. Dampaknya juga lebih banyak personal. 

Beda dengan Pilpres. Juaranya akan menjadi presiden sebuah republik besar. Sang juara menentukan nasib 270 juta rakyat Indonesia. Maka dalam ”lomba balap” presiden menjadi juara bukanlah tujuan utama. Yang terpenting adalah: mau apa setelah jadi juara. 

BACA JUGA:Chika Santai Jawab Pertanyaan Wartawan Soal Dirinya

BACA JUGA:Pererat Kerjasama Sektor Ketenagakerjaan di Arab Saudi

Para calon presiden punya gagasan besar di balik keinginannya memenangkan maraton. Gagasan besar itu yang terangkum dalam sebuah ambisi. Etika dianggap menghambat ambisi. Bahkan lebih dari etika: hukum pun dilanggar demi ambisi itu. 

Mereka yang punya gagasan besar itu pasti punya alasan pembenar: mengapa etika dikalahkan. Mengapa hukum dilanggar. Alasan itu sering dibungkus dalam kemasan yang indah: demi kepentingan umum. Demi kemajuan. Demi kepentingan yang lebih besar. Demi negara. 

Maka membunuh PKI, bagi mereka, satu keharusan. Membunuh preman dianggap jalan pintas. Melakukan revolusi itu apa boleh buat. Kudeta pun punya pembenarannya sendiri. 

Sial kita saja: kalau semua pelanggaran etika dan hukum itu mereka lakukan ternyata kepentingan umumnya tetap nol. Kemajuan bangsanya tidak nyata. (DAHLAN ISKAN)

BACA JUGA:Indonesia U-23 vs Korsel U-23 : 2 (11) vs 2 (10)

BACA JUGA:Arne Slot Diprediksi Tak Pakai Salah

Kategori :

Terkait

Kamis 28 Nov 2024 - 21:24 WIB

Dramatik Datar

Kamis 28 Nov 2024 - 20:55 WIB

Ahmad Dhani dan Mulan Jameela Golput

Kamis 28 Nov 2024 - 20:51 WIB

Jaga Pasokan Minyak Goreng Jelang Natrau